ーーーーーーーーーーーーーーーーー
・Penerjemah: IsekaiShumi
・Editor: IsekaiShumi
・Dukung IsekaiShumi: Trakteer
ーーーーーーーーーーーーーーーーー
・Penerjemah: IsekaiShumi
・Editor: IsekaiShumi
・Dukung IsekaiShumi: Trakteer
ーーーーーーーーーーーーーーーーー
❈ Bab 2 Bagian 2: Manipulasi Ingatan ❈
“Ehhh? Cukup mudah, sih? Lagian berisik banget di sini. Dan kenapa kamu menyembunyikan sesuatu yang menarik seperti ini dariku~”
Perempuan itu melompat lagi dan lagi untuk mengambil kotak bekal makan siang dari Kisa, tapi Kisa melindungi dengan cara apapun. Bahkan setelah cakar besi di dahinya, perempuan itu tidak menyerah.
“Nanjou ...? Siapa itu ...?” Mikado terkejut dengan kedatangan tiba-tiba si penyerang.
“Ah, Kitamikado-san, dia ...,” Kisa mencoba menjelaskan, tapi dipotong oleh perempuan yang memasang pose ceria dengan peace sign.
“Cheese! Aku adik perempuan kakak, Nanjou Mizuki! Aku kelas dua SMP yang ingin melakukan hal mesum dengan Mikado-kun~”
“Permisi ...?”
Ini keseratus kalinya Mikado meragukan pendengarannya. Perempuan yang memanggil dirinya Mizuki adalah sosok yang cantik, tidak kalah dengan kakaknya, Kisa. Dia memiliki fitur wajah polos dan mata yang dipenuhi keinginan untuk menjahili orang. Akan tetapi, di kedalaman matanya tidak ada niat buruk, hanya murni jahil. Bibir tipisnya membentuk bulan sabit dengan glamor dan bulu matanya seperti orang barat. Gaya rambut ikat dua membuatnya tampak lebih imut, tidak terlalu kekanak-kanakan. Pakaian SMPnya sedikit longgar dan tidak sepantasnya, tetapi tampaknya bukan karena niat genit, melainkan hanya dikenakan sembarangan karena dia malas.
“Mungkin telingaku mempermainkanku, tapi kayaknya aku mendengar kata-kata yang aneh ... seperti mesum atau semacamnya?”
“Yang kamu dengar benar! Karena Onee-chan tidak ingin melakukannya dengan Mikado-kun, jadi aku yang menggantikannya dan melakukan banyak mesum denganmu!”
“K-k-k-k-kamu ngomong apa, sih?”
Kisa melompat ke arah Mizuki untuk membungkamnya, tetapi perempuan itu mengelak tanpa banyak usaha.
“Hei, hei, tau gak? Onee-chan, lihat, dia punya ratusac gambar—“
“Kyaaaaaaaaaa!”
Lagi-lagi, Kisa panik dan melompat ke arah Mizuki, berhasil menutup mulutnya.
“Mgh! Mgh mghhh mghhh!!!”
Erangan tak terdengar bocor keluar dari mulutnya yang tertutup rapat.
“A-aku minta maaf, Kitamikado-san. Aku pasti akan membuatnya bertobat selama perjalanan selam satu arah ke Samudra Arktik ....”
“Tidak, tidak perlu ... dan mungkin cukup sampai sana, tampaknya dia tidak bisa bernapas.”
Wajah Mizuki mulai pucat, saat dia berusaha untuk melawan.
“Tapi, aku tidak boleh membiarkannya berbicara lebih dari ini, jadi aku harus mengurusnya dengan lembut seperti ini ....”
“Cara kamu mengurusnya tidak lembut sama sekali! Berhentilah dan biarkan dia pergi!”
Tidak dapat melihat Kouhai yang baru saja dia temui terbunuh di depan matanya, Mikado menyelamatkan Mizuki dari Kisa. Setelah diselamatkan, Mizuki bergegas bersembunyi di belakang Mikado.
“Onee-chan, kamu terlalu serius! Aku cuma bercanda!”
“Ada hal-hal yang tidak pantas buat bercanda ...!”
Dengan ekspresi bingung, napas kisa terasa kasar. Melebihi Mizuki, yang hampir mati tercekik. Tapi, Mizuki dengan cepat pulih dan meraih tangan Mikado dengan riang.
“Woah! Mikado-kun yang sebenarnya lebih keren daripada yang di foto! Bagus, bagus sekali! Aku juga menginginkannya!”
“Ingin? Aku bukan objek, tau ...,” Mikado memberikan senyum kecut, tapi itu tidak aneh baginya.
Lagipula, Penampilan Mizuki lebih muda dari Kisa, memberikan kecerdasan yang kurang dari Kisa. Dan, kecurigaan klasik keluarga Nanjou sedikit lemah dan melayang dalam dirinya. Melihat miniatur Kisa seperti ini dan menerima perasaan kasih sayang yang jujur tidaklah buruk. Ini lebih seperti pelatihan baginya untuk menerima kasih sayang dari Kisa.
“Aha, Mikado-kun memerah. Imut!”
“Aku tidak imut.”
“Imut, kok! Imut seperti kentang goreng!”
“Kentang goreng imut?”
“Tentu saja ~ Terutama kalau dicamour cuka Prancis, mereka lebih imut!”
“Jadi, rasanya yang memutuskan itu imut ...?”
Itu adalah domain yang tidak bisa Mikado ikuti.
“Ahh, ini buruk! Aku benar-benar mengerti perasaan Onee-chan sekarang!”
“Mizuki! Cepat kembali ke divisi SMPmu! Jangan ganggu aku!” Kisa mendorong Mizuki menjauh dari Mikado.
“Ehhh? Tapi itu jauh! Lagian aku jauh-jauh ke sini, biarkan aku ikut bersenang-senang!”
“Tidak ada bersenang-senang di sini! Ini kompetisi yang serius!”
“Kalau begitu, biarkan aku yang mengawasi kompetisinya!”
“Tidak mungkin kamu cuma nonton, ‘kan?!”
“Ya, tentu saja.”
“Terlalu mudah!”
Saudari Nanjou melakukan perang verbal di depan Mikado. Meskipun Mikado menimati pertengkaran para gadis cantik itu, sebuah pikiran yang tidak menyenangkan memasuki benaknya.
Divisi SMP jauh ...? Bukannya cuma di sebelah ...?
Tapi, sebelum dia menemukan alasan perasaan tidak nyaman ini, istirahat makan siang usai.
*****
Ketika langkah kaki guru terdengar, Mikado fokus pada pertanyaan tata bahasa Inggris di depannya. Matanya terpaku pada buku tugas di mejanya, dan sambil membelah kalimat itu, ia memecah komponen menjadi faksi-faksi kecil, menyelesaikan masalah satu persatu. Karena ia telah memperlajarinya, itu bukan masalah besar, tapi begitulah cara keluarga Kitamikado selalu mengambil segala sesuatunya dengan serius. Namun, hari ini, ada suara yang tidak diinginkan.
“Mikado-kun, Mikado-kun. Hei, ayo bermain denganku~”
Yang duduk di sebelahnya dengan kursi tambahan adalah Mizuki, menggosok bahunya ke arahnya. Seberangnya adalah Kisa, yang mengirim tatapan kematian pada mereka. Merasa sangat terancam, Mikado memanggil Mizuki dengan suara pelan.
“Apa maksudmu bermain bersama ...? Aku sedang belajar sekarang. Kembalilah ke divisi SMP jika kamu bosan.”
“Tidak apa-apa ~ Lagipula aku memang bodoh. Tidak ada yang mengharapkan sesuatu dariku, bahkan Obaa-chan.” Mizuki tertawa, sedikit canggung, tidak terganggu oleh fakta.
Yang di maksud Obaa-chan ... kepala keluarga Nanjou sekarang, ya?
Mikado mengingat kembali ketika dia pertama kali melihat perempuan tua dengan ekspresi tegas menghiasi wajahnya. Kedua orangtuanya bilang, “Inilah musuhmu”, dan dia merasa seperti telah melihat sesuatu yang mirip seperti raja iblis dalam fantasi yang pernah dia baca.
“Hei, daripada itu ...,” Mizuki berbisik di telingan Mikado. “Mikado-kun, kamu menyukai Onee-chan, ‘kan?”
“Eh?!”
Jantung Mikado berhenti berdetak sesaat. Meskipun dia mengaktifkan kembali kegiatan tak lama setelah itu, dia mengecek reaksi Kisa. Dia masih melihat mereka seperti iblis, dengan mata mereka, tapi tampaknya tidak dapat mengambil apapun yang mereka bicarakan. Dan, Mizuki melanjutkan.
“Ahaha, keliatan banget. Aku tak tahu kenapa Onee-chan tidak sadar, tapi aku rasa ‘Cinta membuat orang buta’, ya?”
“A-aku tidak menyukainya ..,” suara Mikado menjadi serak karena gugup. Yang bisa dia pikirkan hanya bagaimana keluar dari jalan buntu yang ia lewati.
“Aku tahu kamu tidak bisa mengatakannya langsung. Baik Obaa-chan dan Onee-chan membicarakan permaianan ini atau apalah ... tapi,” Mizuki terkikik. “Mikado-kun, kamu juga menyukaiku, ‘kan?”
“Apa yang kamu ...?”
“Aku tahu, kok! Aku merasakan hubungan antara kita. Setidaknya, aku tahu ada di posisi kedua setelah Onee-chan. Maksudku, aku juga terlihat seperti dia—“
Tepat sasaran. Meskipun itu tidak akan berubah menjadi perasaan cinta, tubuh Mikado bereaksi besar terhadap Mizuki, adik perempuan Kisa.
“Sup tomat dan saus kecap juga sama, tapi berbeda ....”
“Pada dasarnya sama saja! Tak masalah kami terlihat sama! Setelah kamu menuangkan saus di pizza, semuanya sama saja!”
“Itu akan benar-benar membuatnya basah.”
Mizuki mendekat ke telinga Mikado, bibirnya hampir menyentuhnya.
“Hei ... tidak ada yang perlu dipikirkan jika itu aku, lho?”
“Apa maksudmu?”
“Karena aku bukan penerus keluarga, aku bisa meninggalkan keluarga jika aku ingin. Tidak seperti Onee-chan, aku jujur. Aku akan membiarkanmu melakukan apapun yang kamu suka, Mikado-kun.”
Suhu tubuh Mizuki mulai turun padanya. Gerakannya menempatkan tangannya di antara kedua kakinya yang anehnya menarik. Dari sela pahanya yang putih, aroma manis keluar.
“Apa yang ingin kamu lakukan, Mikado-kun? Jika kamu memintanya, aku akan menjadi pacarmu dan aku tidak keberatan menikahimu.”
Kata-kata itu seperti undangan untuk mengambil rute aman. Diundang seperti ini oleh perempuan yang mirip Kisa hampir membuat Mikado senang terlahir sebagai pria. Namun, dia hanya mengangkat bahu pada perkataan Mizuki, saat dia menghela napas.
“ ... Aku saat ini dalam permainan dengan Nanjou Kisa. Aku tidak akan mundur di tengah-tengah permainan.”
Apapun kondisinya, seorang pria dari keluarga Kitamikado tidak akan mundur dari apapun. Dia tidak diizinkan.
Mata Mizuki terbalalak.
“Hmmm ... terus terang, aku mengerti. Sepertinya Onee-chan punya selera yang bagus.” Suaranya terdengar ceria anehnya.
“Ngomong-ngomong, aku ingin menanyakan sesuatu padamu.”
“Apa itu~?”
“Kenapa kamu bisa tetap di kelas ini ... tapi tidak ada guru yang marah padamu ...?” Mikado menatap Mizuki dengan ragu.
Biasanya, murid dari divisi SMP tidak diizinkan untuk hanya duduk di ruang kelas divisi SMA, setidaknya selama pembelajaran. Bahkan jika dia menggunakan pengaruh keluarga Nanjou, itu aneh tidak ada satu pun teman sekelas yang mengeluh.
Mizuki tertawa, jelas menganggap ini menyenangkan.
“Fufu~ kurasa aku tidak bisa mengatakannya. Aku merasa Onee-chan mungkin benar-benar membunuhku.”
“Jadi ada alasan khusus ...? itu menjelaskan aku merasa tidak nyaman sepanjang waktu ....”
“Umm, kurasa aku dapat memberikanmu petunjuk.”
“Kumohon.”
Mikado mengambil umpan. Situasi di mana dia berjalan di dalam labirin, dia dengan senang hati mengambil petunjuk itu.
“Kalau begitu, aku punya syarat! Aku ingin nomor HP-mu, juga ID Line-mu!”
“Tak masalah ....”
“Yay!” Mizuki melakukan pose kemenangan, ketika Mikado memainkan ponselnya.
Mereka tidak hanya bertukar kontak, tapi juga mengikuti profil dan ikon untuk kapan dia akan memanggilnya.
“Petunjuknya, kamu tahu, di kelas ini, ada satu orang yang tidak memuji Onee-chan. Temukan orang itu, dan berbicara dengannya di tempat yang tidak ada orang di sekitarnya. Itu harus dilakukan, lho?”
*****
Lebih dari sederhana untuk mencaritahu orang yang sama sekali tidak memuji Kisa, Paparazzi yang selalu mengikuti Mikado dan anggota dari klub surat kabar. Hari ini, dia tidak menunjukan tanda-tanda mendekati Kisa. Belum lagi, di saat murid lainnya menikmati kehidupan sekolah mereka, ekspresinya pucat saat dia terhuyung-huyung. Tentu saja, itu membuatnya lebih curiga.
Yah, agar adil, murid-murid lain lebih curiga daripada dia, tapi Kokage menonjol di antara mereka dengan caranya sendiri. Biasanya, dia adalah sosok yang jika bisa ingin Mikado hindari, tapi kali ini saja tidak seperti itu. Berencana mendapatkan kontak yang dapat dipercaya setidaknya di situasi ini, dia berjalan menuju meja Kokage. Agar tidak menimbulkan kecurigaan dari sekitarnya, dia berbicara dengan pelan.
“Kawaraya, ada yang ingin aku bicarakan, bisakah kamu ikut denganku sebentar?”
“Eh ...? Y-ya, tapi kenapa?”
Untuk beberapa alasan, Kokage tampak ketakutan.
“Bukan masalah besar. Kamu tahu, tentang itu.”
Cepatlah baca suasananya, Mikado memberikan sedikit dorongan ke ucapannya. Tapi, Kokage tidak bergerak dan hanya memiringkan kepalanya dengan bingung.
“Itu ...? Maksudmu orang-orang asli di hutan Amazon, yang hidup seperti hewan?”
Apa yang kamu bicarakan?! Mikado berteriak di dalam hatinya. Dia tidak ingin membuang waktu di sini. Dia baru istirahat makan siang. Dia memutuskan untuk mengarang sesuatu dan membuat Kokage ikut bersamanya.
“Ya, ya, tentang itu.”
“Aku sedang tidak ingin membicarakan itu sekarang ... Jadi, aku minta maaf.”
“Aku juga tidak ingin membicarakannya, tau!”
“Eh, bukannya kamu yang membicarakan itu, Mikado-kun?”
“Tidak!”
“Ya, aku lebih suka membicarakan soal cuka prancis.”
“Lagi, apa yang kita bicarain di sini, sih?!”
Tidak peduli apa yang dia coba, dia tidak bisa membuat Kokage bergerak satu inci pun. Rasanya seperti dia tidak ingin ikut bersamanya apapun yang terjadi.
“Pokoknya, ikutlah denganku. Ada sesuatu yang ingin aku pastikan.”
“O-oke ....”
Mikado mulai berjalan sambil menarik kamera Kokage. Sabuk kamera tersebut ada di lehernya dan karena itu adalah sesuatu yang berharga baginya, Kokage hanya bisa mengikutinya. Karena kemungkinan ruangan itu, seluruh bangunan disadap, dia membawanya ke halaman. Setelah mereka bergerak ke tempat olahraga yang sekiranya aman, Mikado mengambil salah satu alat logam untuk meratakan tanah dan memberikan satu pada Kokage.
"Ini, Kawaraya, kamu juga lakukan.”
“A-apa yang kita lakukan? Aku tidak pandai membuat lingkaran tanaman ....”
“Aku juga tidak!”
Kokage menggelengkan kepalanya dengan sedih.
“Aku kasih tau, mustahil melakukannya selama istirahat, hanya dua amatir seperti kita ... lingkaran lima meter perlu lima orang sampai sore ....”
“Aku tidak butuh informasi itu! Akan sangat aneh kalau kita cuma diam di sini berdua saja, ‘kan? Karena itu kita melakukan ini sambil berbicara.”
“Bukannya juga aneh orang yang bukan dari klub baseball tiba-tiba melakukan ini ...?”
Dia benar.
“Benar, sih, tapi ... mau gimana lagi. Melakukan hal lain di sini akan terlihat lebih aneh.”
“Bagaimana kalau berlari?”
“Kamu siap? Bakal sulit kalau itu.”
“Mungkin tarik tambang? Dengan bagitu, kita juga tidak akan terlalu jauh.”
“Itu mungkin terlalu terlihat nyata.”
“Umm ... bagaimana kalau lempar bola?”
“Emangmya kita ayah dan anak?”
Akhirnya, mereka memutuskan untuk menggali lingkarang sambil melakukan percakapan rahasia mereka. Jika ada sesuatu yang aneh terjadi, mereka hanya harus mengarang jika diminta teman sekelas yang merupakan anggota klub baseball. Sepertinya menjadi sedikit beban untuk Kokage, karena dia membuat erangan saat dia berjalan. Meskipun Mikado merasakan hal yang sama, tapi sekarang ada sesuatu yang lebih penting.
“Kawaraya ... apa kamu berpikir kalau ada yang di sekolah hari ini?”
“ ...!”
Dengan demikian, kaki Kokage berhenti tiba-tiba.
“Kupikir juga begitu. Masalahnya, aku juga—”
“Tidak, tidak ada apa-apa!”
“Eh?”
“Rasanya normal seperti biasanya! Aku tidak merasa aneh sedikit pun! Ini hari yang damai di Jepang dan aku hanyalah penduduk biasa yang rendah hati di negara ini! Aku tidak tahu atau menyadari apapun!”
Tidak peduli bagaimana melihatnya, dia jelas bertingkah aneh. Keringat mengalir di kepalanya seperti air terjun dan matanya bergulir ke rongganya. Melihat ada orang lain yang merasakan hal yang sama, Mikado merasa lega.
”Tidak, kamu seharusnya sadar, ‘kan? Lagipula, semuanya hanya datang untuk memuji Kisa.”
“Itu karena Kisa-chan orang yang luar biasa! Keberadaan yang layak mendapat semua pujian! Ya, aku juga memujinya, aku benar-benar melakukannya! Aku hanya orang normal, jadi jangan culik aku! Jangan ubah aku jadi hewan ternak! Aku masih ingin tinggal di bumi bagaimana pun, kumohon ...!”
Kokage jatuh ke tanah dalam pose 大, saat dia mulai menangis.
“Aku tidak berpikir menangis di sini akan menyelesaikan masalah.”
“Jadi, sudah terlambat?!”
“Terlambat atau tidak, aku rasa apa yang kamu pikirkan tidak benar-benar terjadi ... mungkin.”
“Aku salah, katamu! Tentang fakta semua orang di sekitarku diubah menjadi alien?!”
“Kenapa mereka yang memuji Nanjou jadi alien?”
“Kenapa penduduk bumi biasa memuji Nanjou-san?!”
“Kamu punya sisi yang kasar, ya.”
Tetapi, seperti yang dia tunjukkan. Biasanya, teman-teman sekelas tidak menunjukkan perilaku seperti ini pada Kisa. Pada dasarnya, yang bertindak mencurigakan itu Kisa. Tidak diragukan lagi dia diam-diam merencanakan sesuatu, tapi dengan terus terang memintanya berbicara tidak akan berhasil. Sebaliknya, dia akan menjadi waspada dan meningkatkan penjagaannya lebih jauh.
“Untuk sekaang, aku ingin informasi apapun yang kamu punya, Kawaraya. Apa tidak ada hal lain yang menarik perhatianmu?”
Kokage bangkit dari tanah dan membersihkan kotoran di seragamnya.
“Sesuatu yang lain ... itu mengingatkanku, hari ini saat kamu berangkat sekolah, aku menyelinap di mobilmu dan bersembunyi di bagasi ....”
“Di bagasi?!”
“Ah, jangan terlalu memperhatikannya. Aku selalu melakukannya, kok.”
“Tentu saja aku memperhatikan itu! Apa yang kamu lakukan di belakangku?! Bagasi?! Eh?!” Mikado merasakan hawa dingin ketika menanyakannya, bahkan sesuatu yang tidak berhubungan dengan topik muncul.
“Itu salah satu cara mengumpulkan informasi. Tapi. Hari ini, sedikit berbeda ... bagasinya sedikit sempit, rasanya seperti ada orang di sana ....”
“Mayat?!”
“Ah, tidak perlu memikirkannya. Tidak ada masalah sama sekali.”
“Yah, terima kasih!”
“Daripada itu, masalah hari ini itu pengemudinya. Lebih kasar dari biasanya, tubuhku membentur bagian bagasi berkali-kali. Sungguh, kamu seharusnya memikirkan orang yang bersembunyi di bagasimu, tau!” Kokage mendengus dengan tangan yang sersedekap.
“Aku tidak berpikir kamu biasa melakukan itu ....”
Mikado sudah muak dan dia merasa percakapan saat ini tidak sepadan dengan waktunya.
“Apa lagi ...? sesuatu yang berbeda dari biasanya ...?”
“Hmmm ... oh, iya. Kamu tahu, aku selalu memata-matai Mikado-kun sambil bersembunyi di sisi lain atap kelas.”
“Ninja?!”
“Dan hari ini karena suatu alasan, aku tidak bisa menggunakan lubang dinding yang biasa aku gunakan untuk menyelinap ke dalam langit-langit karena itu diblokir. Tidak, lebih tepatnya, seperti lubang itu tidak pernah ada ....”
“Oho ....”
Mikado menatap gedung sekolah. Itu adalah sekolah yang pretisius, akademi Sousei. Dengan banyak anak-anak berbakat dan berlatar belakang bangsawan juga bergengsi melewati lorong-lorongnya, telah hidup melalui beberapa era. Tetapi, itu adalah pemandangan yang biasa ia lihat, dengan tidak ada satu pun hal aneh ditemukan. Akan tetapi, dengan informasi Kokage, dia mempunyai firasat jika sesuatu yang besar sedang terjadi di balik layar.
“Ah, juga ... mungkin sesuatu yang kecil ...,” ucap Kokage, tampak ragu-ragu.
“Ada masalah?”
“Sesuatu ... ada aku yang lain berkeliling sekolah hari ini ... ah, tapi, ini bukan maslah besar! Jangan pedulikan itu!”
“Ini masalah besar! Memangnya ada apa?! Di mana Kawaraya yang lainnya?!” Mikado mendorong tubuhnya ke depan.
“U-um ... ketika aku bertemu dengannya di tangga, dia tiba-tiba datang kepadaku lalu membawaku. Tiba-tiba dia menancapkan kepalanya ke tanah lalu kehilangan kesadaran ... karena dia mungkin akan membusuk di sana, aku memasukkannya ke dalam lemari es di kelas memasak.”
“Apa itu baik-baik saja ...?”
Mikado sebisa mungkin ingin mencegah teman sekelasnya ini dibawa pergi oleh polisi. Seperti biasa, kau tidak boleh menurunkan penjagaan, orang yang meninggalkan kekacauan di mana pun ia pergi. Yah, pasti sangat mengejutkan baginya melihat seseorang dengan wajah yang sama.
“Kalau kamu gimana, Mikado-kun? Apa kamu menemukan hal aneh selain Kisa-chan hari ini?”
“Ya.”
“Apa itu?”
“Bau ruangan kelas. Hari ini, ruang kelas dipenuhi bau Tonik.”
“Tonik ... riasan yang biasa ayahmu gunakan dirambutnya?”
Mikado mengangguk.
“Benar. Laki-laki SMA biasa tidak menggunakan itu. Setidaknya, tidak ada bau seperti itu sampai kemarin. Ada yang aneh ....”
Kokage menjadi pucat.
“Mungkin rambut rontok anak laki-laki tiba-tiba bertambah ....”
“Aku tidak berpikir begitu.”
“Tidak, ya ....”
Mikado mengangguk.
“Untuk sekarang, ayo kumpulkan beberapa informasi. Kawaraya, kamu bisa menggunakan ponselmu?”
“Bisa, tapi aku tidak bisa mendapatkan sinyal yang bagus ... padahal aku punya tiga bar sinyal kemarin ....” Kokage melihat ponselnya dengan bingung.
“Aku juga sama. GPS juga tidak berfungsi. Ayo pergi keluar sekolah sebentar.”
“Ka-kamu akan dimarahi oleh para guru!”
“Mungkin. Tapi ini patut dicoba.”
“Eh ... ehhhh ....”
Mikado membawa Kokage yang ragu-ragu bersamanya dan meninggalkan lapangan olahraga. Mereka pergi ke gerbang belakang, yang mana terhubung dengan jalan di luar, tetapi mereka ditahan oleh pagar. Meskipun Mikado mencoba membukanya, pintu itu sepenuhnya dikunci. Ketika dia ingin memanjatnya ....
“Kitamikado! Apa yang kau lakukan! Kau tidak bisa meninggalkan sekolah tanpa izin.” Wali kelasnya berteriak padanya.
Karenanya, Mikadoturun kembali.
“Saya minta maaf, beberapa cetakan saya terbang ke luar. Itu ada di sana, bisakah saya mengambilnya? Secepatnya.”
Sebagai tanggapan, guru itu marah.
“Tidak! Kau tahu betul peraturan di sini! Pelajaran sebentar lagi mau dimulai, jadi cepatlah kembali ke kelasmu!”
“ ... Aku mengerti.”
Mikado kembali ke gedung sekolah, bersama Kokage, yang menyusut bersama, dengan erat memegangi kameranya.
Sepertinya mereka sangat tidak menginginkanku keluar, ya ....
Dan, dia tidak bisa menggunakan ponselnya. Ini hampir seperti dia terdampar di pulau terpencel. Merasakan tatapan tajam dari wali kelas di belakangnya, Mikado berpikir bagaimana cara keluar dari situasi ini.
*****
Ketika Mikado kembali ke kelasnya, Mizuki berbisik.
“Gimana? Apa kamu mengerti sesuatu, Mikado-kun?”
“Aku mendapat beberapa petunjuk yang berharga, tapi tidak ada yang bisa menjelaskankan situasi ini.”
“Aku yakin kamu pasti bisa mencari tahu. Akan sangat bermasalah jika kamu kalah melawan Onee-chan karena sesuatu seperti ini ~”
“Bermasalah jika aku kalah? Apa maksudmu?”
“Maksudku, jika kamu menjadi milik Onee-chan, kamu mungkin tidak akan bisa berpacaran denganku, ‘kan?”
“Lakukan yang kamu suka, aku tidak tertarik dengan pacaran ...,” Mikado memberikan senyum kecut.
“Oh, tentu saja~ Aku menyukai Mikado-kun lagipula. Dan aku selalu ingin mencari tahu tentang arti ‘Kencan’ ini!” Mizuki tertawa polos.
Dia mungkin benar-benar berubah menjadi gadis yang normal, tidak seperti Kisa, yang sudah menderita racun. Kemudian, Kisa tanpa racun bukanlah Kisa.
“H-hei ... kenapa kamu saling menempel begitu? Bisa tidak kamu tidak menggoda adikku seperti itu?” Kisa menghampiri mereka dengan sikap resah.
“Kyaaa, aku akan dibunuh oleh Onee-chan~” Mizuki mengedipkan matanya saat dia berpisah dari Mikado.
“Aku tidak menggodanya sama sekali.”
“Kamu menggodanya! Kalau begini, kamu hanya akan mencari gadis terbaik berikutnya. Bahkan selama istirahat makan siang, kamu diam-diam berbicara dengan Kawaraya-san, ‘kan?”
“Ekkkk ...?!”
Sedikit jauh, bahu Kokage bergetar ketika namanya tersebut.
“Ka-ka-kami tidak melakukan hal semacam itu! Kami hanya merawat lapangan olahraga saja, Kitamikado-san dan aku! Hanya saja menggangguku jika ada jejak kaki!”
“Emangnya kamu selalu memperhatikan soal kebersihan, ya?” Kisa mengangkat alisnya.
“Y-ya! Aku benci jika ada sidik jari di kenop pintu dan aku tipe yang membersihkan sidik jari sendiri kita pergi ke rumah orang lain!”
“Kamu pencuri, ya?!”
Jika dia bisa, Mikado akan berharap agar Kokage tetap diam sekarang. Semakin dia berbicara, semakin mencurigakan. Cepat diam adalah ide terbaik di sini, dia yakin. Lagipula, mengetahui dia adalah anggota keluarga Kawaraya, yang diketahui menyebarkan informasi dan kekacauan yang tidak perlu, Mikado semakin khawatir.
“Tapi, emangnya perlu dua orang untuk membersihkannya?” Kisa bertanya-tanya dengan eksprssi curiga.
Mikado dengan cepat mengikuti.
“Kamu tahu, aku merasa tidak enak jika membiarkan perempuan melakukannya sendiri, jadi aku membantunya. Kawaraya adalah satu-satunya orang yang aku ajak bicara dari waktu ke waktu. Benar, ‘kan, Kawaraya?”
“Ah, ya! Sangat menyenangkan berbicara dengan Mikado-kun! Tentang NASA dan seterusnya!” Kokage panik ketika dia bermain bersama.
“Hmpf ... pertama adikku, dan sekarang Kawaraya-san, semuanya mendekatinya untuk berselingkuh ....”
“Aku rasa ini bukan tentang perselingkuhan ....”
“Kitamikado-san saat ini sedang bermain denganku ... lupakan soal perempuan lain. Hanya fokus ... menyerangku saja ...,” ekspresi Kisa menjadi sedih.
Meskipun dia tahu itu bukanlah kecemburuan, tapi dia masih merasakan kepalanya memanas.
“Tenang saja. Aku hanya memperhatikanmu saja.”
“Be-begitu, ya ...,” suara Kisa perlahan memudar menjelang akhir.
Kembali ke tempat duduknya, dia sekali lagi meletakkan buku di tangannya lanjut membaca. Meskipun dia tidak lagi menghormatinya dengan tatapan apapun, telinga Kisa tampak merah.
