KouSuki Jilid 1 - Bab 2 Bagian 3

ーーーーーーーーーーーーーーーーー
・Penerjemah: IsekaiShumi
・Editor: IsekaiShumi
・Dukung IsekaiShumi: Trakteer

ーーーーーーーーーーーーーーーーー

❈ Bab 2 Bagian 3: Manipulasi Ingatan 

Jam keenam berakhir setelah guru matematika memuji Kisa secara matematis. Mikado paling tahu soal penampilannya, tapi menggunakan seluruh kelas untuk itu lebih menakutkan. Dan juga, dia merasa takut karena secara kebetulan setuju dengan guru itu. Itu adalah perasaan aneh, seolah-olah dia di pengaruhi oleh lingkungannya, disapu oleh pujian mereka terhadap Kisa.

Setelah mengucapkan selamat tinggal untuk hari ini, dia tidak pergi ke supir yang menunggu di depan gerbang. Dia juga tidak menikmati berbicara dengan teman sekelasnya. Sebaliknya, dia diam-diam menyelinap keluar kelas bersama Kokage.

“ ... Mikado-kun? Kenapa kamu tidak pulang ke rumah?” Kokage berbisik sembari berjalan di samping Mikado.

Ketika menyadari tatapan murid di sekitarnya, dia membalasnya dengan diam.

“Tidak ada yang berubah jika kita hanya pulang ke rumah. Aku harus mengungkap konspirasi Nanjou atau hal yang sama akan terjadi besok.”

“Konspirasi?! NASA lagi ...!”

“Tidak ada hubungannya sama sekali dengan luar angkasa. Aku bilang konspirasi Nanjou, ‘kan?”

“Tapi, alien benar-benar ada! NASA dan CIA hanya menyembunyikannya! Sebenarnya, di Area 51, ada banyak—“

“Ayo bicarakan itu di lain waktu.”

“Uuuu ....”

Karena Mikado merasa akan menjadi percakapan yang panjang, dia segera memotong ucapan Kokage, yang menggerutu sedih. Meskipun dia mungkin penerus keluarga pengumpul informasi nomor satu, dia masih cukup naif untuk membocorkan informasi penting secara tiba-tiba.

“ ... Kalau begitu janjilah. Aku ingin kamu mendengarkanku berbicara tentang konspirasi NASA seharian penuh.” Kokage cemberut.

“Y-ya ....”

“Aku mengharapkan deskripsi tertulis di pikiranmu.”

“Jika itu dalam empat ratus huruf ....”

Mikado merenungkan apakah dia malah memperburuk keadaan. Tetapi untuk sekarang, dia ingin fokus pada konspirasi Kisa.

“Apa tidak ada jalan lain untuk masuk ke dalam atap tempat kamu selalu mengawasiku? Jika mungkin, aku ingin mengawasi kelas kita.”

“Mengawasi? Kenapa?”

“Aku ingin melihat semua orang saat kita tidak ada di sana. Seperti Kisa memberi perintah atau suap, bukti semacam itu akan bagus.”

Dengan begitu, dia dapat bertarung di atas tanah yang sama dengan Kisa.

“Begitu, ya ... karena lubangnya sudah tidak ada, kita tidak bisa masuk dengan mudah, tapi kita bisa membuat lubang sendiri.”

“Baiklah, bawa aku ke sana.”

“Ya!” Kokage mengangguk.

Tempat Kokage membawa Mikado adalah ruang kelas kosong di atas mereka sendiri. Yang tersimpan di sana adalah penggali mineral dan fosil dari wilayah tersebut dan kotak yang digunakan petani untuk membawa alat-alat mereka, ditumpuk di mana-mana.

Seperti yang aku duga. Baunya berbeda di sini.

Biasanya, baunya selalu tua dan berlumpur, tetapi hari ini, aromanya segar dan murni. Perlahan tapi pasti, Mikado mulai memahami konspirasi Kisa. Tapi, belum sepenuhnya jelas. Dia harus mencapai bagian terakhir.

“Biasanya dinding ini tidak stabil, jadi aku bisa mendorongnya lalu masuk, tapi ....”

Di dinding yang ditunjuk Kokage, tidak ada celah maupun keretakan.

“Hmmmm, kalau begini, kita mungkin bisa menerobos.”

Menggunakan palu yang Mikado lihat lalu mengambilnya, mereka mungkin bisa menerobos, jadi Mikado mencobanya, sambil mencoba agar suara yang dihasilkan tetap minimum.

“Terima kasih banyak. Dengan begini, aku bisa diam-diam mengamati Mikado-kun seperti biasa!”

“Tidak ada diam-diam kalau aku sudah tahu!”

“ ... Ah, tolong lupakan hari ini!”

“Tidak mau!”

Dampak dari semua yang terjadi hari ini membuatnya mustahil untuk melupakannya.

“Sedikit rumit kalau aku kehilanganmu di sana, jadi aku akan membimbingmu!”

Dengan perkataan itu, Kokage menyelinap melalui Mikado, memasuki lubang dan Mikado mengikuti. Dalamnya sangat kecil dan sempit, dengan cahaya yang jarang memasuki celah, dia hampir tidak bisa melihat sekitar. Mengikuti Kokage, dia menurunkan tubuhnya dan bergerak maju.

Secara alami, semua yang memenuhi pandangannya adalah patat kecil Kokage. Tidak bisa mengalihkan pandangannya dari itu, dia hanya bisa menatapnya sambil sedikit gemetar, bagian belakang teman sekelasnya. Kokage tidak memikirkan tentang kemungkinan ini, karena roknya terangkat lebih jauh. Kulit mentah pahanya, serta kain terakhir yang melindungi bagian penting, keduanya terlihat sempurna.



Meskipun dia dibesarkan di bawah kode ketat keluarga Kitamikado, itu tidak akan menghentikan kekacauan yang di bawa kedekatan ini.

“Ah, aku salah jalan!”

“??!”

Kokage tiba-tiba berhenti dan wajah Mikado menabrak pantatnya. Hidungnya menyentuh kain putih dan aroma harum mengalir di hidungnya.

“Hya?! Mi-Mikado-kun?! Apa yang kamu lakukan ... menyentuhku di sana termasuk pelecehan, tau!”

“Itu karena kamu berhenti tiba-tiba!”

“Cepat menjauhlah ... geli ... tidak ...!”

“Kalau begitu berhentilah mundur begitu!”

“Di sini jalan buntu ...!”

Mereka membutuhkan sedikit waktu sampai ke posisi yang benar. Karena Mikado berhasil sampai di  tempat yang lebih luas, Mikado menghela napas.”

“Ugh ... benar-benar masalah ...,” dia mengepalkan tangannya merenungkan apa yang baru saja terjadi.

Menyentuh bagian bawah teman perempuan sekelasnya, belum lagi dengan celana dalamnya sebuah pelecehan seksual. Jika itu dibocorkan ke publik, keluarga Kitamikado akan dicap dengan reputasi kotor.

“Baiklah, ayo pergi. Sedikit lagi!” Kokage kembali bergerak.

“Ah, umm, Kawaraya. Yang tadi hanyalah kecelakaan ... aku tidak bisa berbuat apa-apa ....”

“Hm? Kamu membicarakan apa?”

Agar tidak secara langsung mengakui kejahatannya, Mikado memilih kata-katanya dengan hati-hati.

“Maksudku, begini ... saat kita bertabrakan tadi ....”

Kokage tidak bisa menahan tawanya.

“Ahaha, tidak usah dipikirkan. Jalan sesempit itu lagian, mau gimana lagi.”

“ ... Kamu Dewi, ya?!”

“Sebaliknya, aku yang seharusnya meminta maaf karena mendorong pantatku ke wajahmu seperti itu. Pasti sulit, ‘kan.”

“Yah ... tidak apa-apa ....”

Sebaliknya, Mikado cukup menikmatinya. Tapi, Mikado merasa jika dia mengatakannya, Kokage pasti akan marah padanya, jadi dia hanya menelan pikiran itu. Sekali lagi, Mikado dan Kokage bergerak.

“Kalau bukan salah alien, kalau begitu, apa yang sedang terjadi di sekolah? Mungkin Nanjou-san benar-benar melakukan sesuatu ....”

“Dia mungkin hanya ikut-ikutan.”

“Ikut-ikutan ..? Maksudnya?” Kokage deikit menoleh ke arah Mikado dan membenturkan sedikit kepalanya ke dinding.

“Manusia biasanya mudah terbawa dengan keadaan sekitar, ‘kan? Mungkin bukan yang menarik, tapi jika semuanya terus mengatakannya, mungkin kita akan mulai berpikir kalau itu menarik.”

“Oh, iya. Itu benar.”

“Itulah ikut-ikutan. Orang-orang Jepang khususnya adalah korban yang mudah.”

Produk makanan sehat yang diiklankan di acara TV dan barang itu akan segera menghilang dari toko mana pun karena diserbu oleh ibu-ibu rumah tangga.

“Menggunakan itu, dia membuat semua orang di kelas memujinya, untuk membuatku berpikir kalau dia orang yang luar biasa. Sementara itu, hasil terbaik yang mungkin terjadi adalah aku jatuh cinta padanya pada saat yang sama.”

“Kenapa dia melakukan hal-hal seperti itu ...?”

“Yah ... banyak yang terjadi, ayo kita berhenti membicarakannya.”

Karena dia tidak bisa menceritakan soal permainan cinta, dia tetap diam.

“Masalahnya adalah bagaimana dia  berhasil membuat semua orang bertindak seperti itu.”

“Mungkin dia menyuap mereka?”

“Akan sangat bagus kalau hanya sesederhana itu ... tapi musuhnya adalah Nanjou.”

Akhirnya, mereka berdua sampai tepat di atas ruang kelas mereka. Memperhatikan agar suara sekecil pun tidak bocor, dia dengan hati-hati bekerja di lubang kecil di atap. Memotong area persegi yang sempit dan bebas, dia segera meraihnya agar tidak terjatuh. Sambil berjongkok sebaik mungkin, mereka menatap ruang kelas. Dan apa yang mereka lihat adalah ... teman sekelas yang anehnya tampak lesu.

“Haaa, akhirnya selesai ....”

“Ketua, nanti pas pulang nanti ayo beli sesuatu untuk diminum. Aku menemukan toko yang bagus.”

“Masih terlalu dini untuk menurunkan penjagaan. Sampai kita menerima laporan jika target sudah masuk ke mobil, kita tidak boleh santai.”

“Bagi mereka yang riasannya sudah hancur, pastikan untuk menyegarkannya sekarang selagi bisa!”

“Anakku sedang masuk angin, bisakah aku pulang lebih awal ...?”

“Ya, satu teman sekelas yang hilang tidak sedramatis itu, terutama sekarang waktu pulang sekolah.”

“Aku masih perlu kerjaan lain, panggil aku jika kamu memerlukan seseorang.”

“Aku akan mengingatmu jika kami membutuhkan seseorang untuk kegiatan klub sepulang sekolah.”

Tentu saja itu tidak terdengar seperti percakapan antar murid SMA saat pulang sekolah.

Kokage gemetar.

“A-a-a-a-apa yang terjadi di bawah ...? Apa ini rekaman drama ...? apa kita ada di dalam drama TV tertentu ...?”

“Tidak ... bukan itu,” Mikado menggelengkan kepalanya.

“Kalau begitu, apa yang sedang terjadi ...? Apa yang sedang terjadi di sekolah kita ...?”

“Ini bukanlah sekolah kita.”

“Eh ...?” Kokage membelalakan matanya.

Dengan semua informasi yang dikumpulkan Mikado, dia membuat kesimpulan.

“Kawaraya ... apa kamu pernah mendengar kata ‘Big Con’?”

“Kalau tidak salah arti Con dalam bahasa Inggris itu penipuan atau pembohongan? Berarti penipuan besar?”

“Ya, itu trik tipuan yang besar. Untuk menipu target, seluruh toko sudah dipesan, baik staf dan pengunjung ditukar dengan aktor dan mereka bertindak bersama untuk menipu target.”

“Dan apa hubungannya dengan sekolah kita ...?” Kokage memiringkan kepalanya karena bingung.

Di bawah mata mereka, teman-teman sekelas mereka sedang ‘istirahat’ sekarang. Ini bukanlah pemandangan normal yang kau lihat setelah pelajaran usai.

“ ... Aku pikir seluruh sekolah adalah satu set. Setiap orang di sini, guru, murid, dan bahkan tiruanmu, adalah anggota pemeran yang disiapkan Kisa. Untuk membuatku terhanyut dalam suasana.”

“Seluruh sekolah?! Itu tidak mungkin!”

“Tidak, keluarga Nanjou mempunyai aset dan koneksi untuk mewujudkannya. Bahkan pagi ini, aku tertidur dalam perjalana ke sekolah. Dia mungkin menggunakan semacam gas tidur dan selama waktu itu mobil melaju dengan cara yang berbeda ke sekolah.”

Hanya hari ini, Mikado tidak menerima pesan di ponselnya. Dan wali kelasnya bertugas memperhatikannya sehingga dia tidak bisa meninggalkan sekolah. Akhirnya, ini panggung murid yang Kisa buat. Semua itu untuk memojokkan Kisa.

“T-tapi, menyiapkan seseorang yang sangat mirip itu mustahil ....”

“Mereka tidak memerlukan Doppelganger. Teknis riasan hari ini memungkinkan banyak. Kamu juga berpikir pengemudi pagi ini sedikit kasar, ‘kan? Mereka mungkin yang berbeda hanya untuk ini.”

Kokage meletakkan satu tangannya di mulut karena tersentak. Dia benar-benar terkejut.

“Kita harus melarikan diri secepatnya ... tapi, aku ragu kita diizinkan pergi ....”

“Aku yakin kita bisa. Kemudian, kita akan di bawa ke sini lagi besok.”

Jika kau terus acara ikut-ikutan ini selama berhari-hari, berminggu-minggu, dan berbulan-bulan jika perlu, bahkan Mikado akan menyerah pada suatu saat nanti. Itu spekulasi Kisa. Tidak salah lagi, dia menggunakan segala cara yang dimilikinya untuk membuat Mikado jatuh cinta padanya.

“P-polisi! Kita bisa menghubungi polisi yang aktif di sekitar sini!” Kokage mulai panik.

“Tunggu sebentar. Tidak perlu terburu-buru. Ada acara yang lebih menarik untuk dihadapi.”

“Apa itu ...?”

“Sekarang, Nanjou pasti berpikir kalau dia yang memegang keuntungan, karena kita menari di atas telapak tangannya. Pada dasarnya, pertahanannya saat ini Nol!”

“Per ... tahanan ...?”

“Ya. Aku tidak boleh melewatkan kesempatan ini, ketika penjagaannya sedang lengah.”

Saat Kokage bingung, Mikado tersenyum percaya diri.

*****

Dia bertemu Kisa di depan pintu masuk gedung. Meskipun dia mungkin sedang menunggu Mikado tiba, dia tengah menatap papan tulis yang menampilkan nilai, yang sangat mungkin hanya akting saja. Dia pasti ingin melihat Mikado pergi, melangkah menuju mobilnya yang sudah disiapkan. Di sampingnya ada Mizuki, memainkan ponselnya.

“Ara, Kitamikado-san, kamu masih di sekolah, ya,” Kisa membungkuk sedikit ketika dia melihatnya.

Namun, dia pasti sudah jelas menyadari Mikado belum pulang. Sebelum dia sampai di pintu gerbang, dia melihat beberapa kamera pengintai, mengikuti langkahnya.

“Pas banget. Aku sedang mencarimu, Nanjou.”

“Apa, apa? Kita akan berkencan?!” Mizuki melompat ke arah Mikado.

“Tidak, bukan adiknya, tapi kakanya.”

“Ehhh? Tapi aku juga Nanjou! Tanggung jawab karena sudah membuatku berharap dan traktir aku parfait!”

“Lain waktu. Aku sedang sibuk sekarang.”

Tatapan Mikado meminta Mizuki untuk tidak bercanda sekarang.

“ ... Hmmm, aku mengerti. Kalau begitu janji!”

Mungkin dia menyadari maksudnya, saat dia dengan jujur mundur. Mikado sekali lagi menghadap Kisa dan berbicara.

“Dan ... Nanjou.”

“Y-ya.” Mungkin karena Mikado sedang serius, Kisa sedikit bingung.

“Aku minta maaf sebelumya, tapi ... apa kamu bisa meluangkan waktu sebentar?”

“U-ummmm ... untuk apa, kalau boleh tahu?”

“Ada sesuatu yang sangat ingin aku bicarakan denganmu. Hanya berdua saja, jika mungkin.”

“Aku mengerti ... ayo pergi ke gedung bagian barat dan menggunakan ruangan kosong ...,” dengan suara yang gemetar, Kisa membalas ketika dia berbalik dan mulai berjalan.

Namun, Mikado tidak melewatkan kesenangan kedua ketika matanya mencerminkan kegembiraan kemenangan. Dia mungkin berpikir Mikado akan mengukui perasaannya setelah ini. Dia  yakin rencana untuk mempengaruhi Mikado berhasil. Bahkan saat berjalan di lorong, kau dapat melihat kebahagiaan dalam gerak-geriknya.

Kamu terlalu senang, Nanjou! Punggungmu terbuka lebar!

Namun, Mikado harus mengakui sisi diri Kisa yang ini sangat imut. Jika dia hanyalah teman sekelas dan pengukuan yang biasa, mungkin tidak akan ada yang lebih membahagiakan daripada kehidupan sederhana yang menanti di masa depan.

Namun, keluarga Kitamikado dan Nanjou adalah musuh, dengan Kisa dan Mikado berdiri berseberangan. Mikado tidak tahu harus berbuat apa, jadi dia hanya bisa menang melawan Kisa. Dengan tekadnya mencapat tingkat yang lebih tinggi, Mikado melangkah ke ruang kosong.

“Apa ini ... baik-baik saja?”

“Ya, ini sempurna.”

“Apa perlu aku mengunci pintunya? Mungkin akan lebih baik jika tidak ada yang mengganggu kita ....”

Dengan semua guru dan murid yang disewa, mereka pasti tidak akan mengganggu mereka, tapi tentu saja Mikado tidak bisa mengucapkannya. Karena itu, dia berpura-pura tidak tahu.

“Ya, itu bagus.”

“Aku juga akan menutup lubang kunci dengan lem, oke?”

“Tidak, tidak perlu sejauh itu.”

Cukup gila bagi Kisa untuk mengatakan seolah itu bukan sesuatu yang luar biasa. Lantai di bawah mereka relatif baru, karena pernisnya masih mengkilap. Meja dan kursi didorong ke ujung ruangan dan membuar ruang besar di tengah.

Di luar, Kokage mengintip ke dalam, saat dia berdiri di lorong. Mikado mengatakan padanya, Mikado akan membuatnya bersih dan untuk mengambil bukti itu, dia memintanya untuk merekam dan mengambil gambar. Itu semua untuk mengambil gambar saat di mana dia akan memenangkan permainan cinta. Namun, cara bersembunyinya terlalu lemah. Dengan begitu, Kisa mungkin akan mengetahuinya. Karena itu, Mikado bergerak ke  depan jendela sisi halaman, jadi punggung Kisa menghadap lorong.

“Dan ... apa yang ingin kamu bicarakan, Kitamikado-san?” Kisa bertanya sambil gelisah.

Tatapannya bimbang dan tangannya bermain dengan ujung roknya.

Sial ... jika begini, aku tidak bisa menahannya untuk menganggapnya lucu ....

Mikado dengan putus asa menutup keinginannya untuk dengan tulus mengakuinya. Jika dia kehilangan dirinya di sini, dia tidak hanya akan jatuh ke tangan Kisa, tapi juga jatuh ke kedalaman jurang.

“Sesuatu ... hari ini, ada yang aneh, itu mengganggu ...,” Mikado berbicara, ketika dia dengan paksa mencampurkan kejutan di suaranya.

“Aneh ...? seperti seseorang berbicara di dalam kepalamu?”

“Bukan itu.”

“Jangan bilang ... jamur tumbuh di tanganmu?”

“Bukan itu juga.”

Saat Mikado melihat ke arah lorong, dia melihat Kokage berjalan pergi.

Hei, kamu mau kemana ...?

Meskipun Mikado mendapat firasat buruk tentang ini, dia tidak punya waktu untuk memperhatikannya. Mulai sekarang, dia harus hati-hati memilah kata-katanya. Tanpa menunjukkan kata-kata kasih sayang, dia harus membuat Kisa percaya dengan kemenangannya dan mengarahkannya untuk menunjukkan kata-kata kasih sayang untuk Mikado. Ini tentu saja pertarungan yang berbahaya, tapi jika dia berhasil, hasilnya akan sangat besar. Membiarkan seluruh sel otaknya bekerja sepenuhnya, dia melanjutkan.

“Um ... aku baru sadar kalau Nanjou itu sangat populer dengan semua orang ....”

“I-itu benar! Aku sangat populer! Aku punya penampilan dan otak, bisa dibilang manusia super!”

Jelas sekali dia memaksakan kata-kata itu keluar dari mulutnya. Lagipula, dia tidak populer. Sebaliknya, dia tidak mempunyai teman biasa. Meskipun demi kemenangan, itu pasti sangat melukai harga dirinya harus menyewa orang untuk memujinya. Meski begitu, Mikado tidak berhenti di sana.

“Aku sadar. Kamu adalah orang yang luar biasa. Tapi, di waktu yang sama, aku sedikit frustasi. Karena akulah yang pertama kali menyadari poin bagus Nanjou.”

Dia mendorong sedikit tubuhnya ke depan dan matanya terbuka lebar. Dia tentu menunggu Mikado menjelaskan poin-poin itu.

“Ya, kamu mungkin terlihat sempurna dan tangguh di luar, tapi kamu juga memiliki sifat yang kikuk, sisi manismu yang sangat lucu.”

Tiba-tiba, wajah Kisa mulai terbakar.

“A-aku tidak kikuk atau apapun! Aku selalu sempurna! Jangan meremehkan penerus keluarga Nanjou! A-aku juga tidak lucu!”

“Tidak, kamu seperti itu. Kamu mungkin terlihat tenang, tapi saat ini kamu sedang bingung.”

“Aku tidak bingung!”

“Kamu, wajahmu merah padam.”

“Aku tidak memerah! Aku hanya berdarah! Berdarah dari wajah!” Kisa menyembunyikan wajahnya dengan tangan.

Melalui celah jarinya, Mikado dapat melihat matanya berkaca-kaca dan bahkan telinganya memerah. Sambil melihat reaksi manisnya yang luar biasa, Mikado merasakan detak jantungnya sendiri semakin cepat. Dia memanggil perempuan yang ia sukai imut, jadi tentu saja dia tidak akan bisa tetap tenang.

Mikado susah payah mengontrol suaranya yang gemetaran, meraih pergelangan tangan Kisa dan dengan hati-hati menarik tangannya.

“Lihat, wajahmu benar-benar merah. Sungguh sia-sia menyembunyikan wajah yang begitu cantik.”

“Ah ... uuu ....”

Kisa tidak bisa menjaga keseimbangannya dan bersandar ke jendela. Dia menggertakkan giginya karena malu dan mengallihkan pandangannya keluar jendela.

“Kitamikado-san hari ini bertingkah sangat aneh .... mungkin efeknya terlalu kuat ....”

“Efek?”

“Ti-tidak ada apa-apa.” Kisa segera menggelengkan kepalanya.

Mikado menurunkan suaranya.

"Tapi, karena Nanjou sangat imut, hampir terlalu imut, aku terus berpikir bahwa aku tidak cukup baik untukmu dan itu benar-benar membuatku murung.”

“Eh ....”

“Maksudku, kamu mengerti, ‘kan? Kamu populer dengan semua orang di kelas, kamu adalah kecantikan yang tak tersentuh dan kecerdasan seperti itu ... bahkan jika aku mengaku, kamu mungkin tidak menganggapku serius.”

“Bukan itu masalahnya!” Kisa menjawab pada saat bersamaan.

“Tentu saja kamu akan melakukannya. Aku yakin kamu berpikir kalau aku tidak spesial sama sekali.”

“I-itu ... um ... ya, kamu tidak spesial sama sekali bagiku ....”

“Lihat, sama seperti yang aku pikirkan.”

“Tapi, tapi ... kamu lebih dewasa dari pada kebanyakan orang dewasa yang aku kenal dan kamu juga sangat menarik dan keren ....”

“Menarik ... dan keren ...?”

Mendengar kata-kata seperti itu untuk pertama kalinya dari mulut Kisa, pikiran Mikado menjadi sedikit terganggu.

Tenanglah, aku ... kau akan kalah jika mengambil kata-katanya untuk emas ....

Mikado berkata pada dirinya sendiri, ketika Kisa berdiri tegak lagi.

“Tapi ... aku tidak berpikir kamu keren atau apapun, itu hanya pengetahuan umum. Seorang gadis memeritahuku begitu! Tapi, apa yang coba aku katakan ... adalah kamu sudah cukup layak untukku! Dan karena sudah peraturan, aku harus meresponnya di sini!”

“Aku tidak ingin memaksamu untuk merespon. Aku ingin Nanjou bahagia, jadi aku akan mundur di sini ...,” Mikado bergumam dengan suara yang menyakitkan dan hendak pergi.

Saat dia melakukannya, Kisa panik dan meraih tangannya.

“Tunggu! Itu tidak mustahil! Aku akan sangat senang—“

Dia menggigit. Menjadi dekat dengan kemenangan, Kisa pasti panik untuk membiarkannya lolos. Begitu hati dan pikiranmu menjadi korban panik, kamu akan ceroboh dengan kata-katamu. Sampai sejauh ini, Mikado menilai permaianan sudah ada pada akhir. Namun, tepat di atasnya, dia mendengar suara retakan. Suara retakan bergema dan orang itu jatuh tepat ke tanah. Itu adalah Kokage. Terjebak hingga pinggang di lantai, dia bingung ketika dia melihat ke atas.

“ ....”

“ ....”

“ ....”

Tak satu pun dari tiga orang yang hadir menggerakkan otot. Keheningan tak tertahankan pun terjadi. Yang pertama bergerak adalah Kokage, saat dia dengan panik menggelengkan kepalanya.

“ ... Kamu salah.” Dia mencoba membuat alasan.

Tidak, itu bukan alasan. Tetapi, Mikado tidak mengharapkan kebodohannya begitu tinggi sehingga dia mengacaukan pekerjaan sesederhana itu.

“Kawaraya ... –san ...? Tubuhmu ... melewati tanah, lho ...?” Suara serak keluar dari bibir Kisa.

Kokage dengan susah payah berusaha untuk keluar dari lubang yang dibuat, tapi tidak berhasil.

“Aku minta maaf, Mikado-kun! Aku tidak bisa mengambil gambar yang bagus dari lorong dan suaranya juga tidak terlalu kedengaran, jadi aku berpikir melakukannya dari langit-langit! Aku sungguh minta maaf!”

“H-hei ...,” Mikado merasakan keringat dingin mengalir di pipinya.

Jika dia terus membiarkan mulutnya terus berjalan seperti itu, Kisa mungkin akan mengetahui niat Mikado. Mengirimkan tatapan tegas dan memerintahkannya meninggalkan ruangan dengan cepat, Kokage mengangguk dalam-dalam, mungkin berarti “Serahkan padaku!” atau sejenisnya.

Tidak, kamu tidak perlu lakukan itu! Kamu hanya perlu mengambil gambar, itu saja!

Mikado mencoba yang terbaik untuk menyampaikan pemikirannya ini kepada Kokage dengan gelombang otak yang dipancarkan, tetapi dengan keberadaan yang kurang berkembang seperti Kokage, mereka bahkan tidak bisa menangkapnya. Sebaliknya, dia terlalu fokus, ketika terjebak di lubang itu. Dia mengeluarkan kartu memori dari kameranya dan bersamaan dengan rekaman di ponsel yang aktif, dia mengarahkannya pada Kisa.

“Kisa-chan! Kita tahu kalau sekolah ini palsu! Di sini adalah bukti kalau kamu menculik Mikado-kun dan aku juga! Terima itu!”

Kamu tidak diculik, kamu menyelinap ke bagasi mobil dan berakhir kerusakan jaminan!

“Hmm ... begitu, ya ...?”

Kisa mengamati Mikado dan Kokage. Meskipun wajahnya masih sedikit memerah, sikap tenang yang biasa terlihat di matanya.

“Tidak buruk, Kitamikado-san. Selain melihat rencanaku, kamu berakting seolah tidak mengetahuinya dan menipuku ... itu mungkin berakhir dengan sangat burung, memang.”

Ketika kemenangan lepas dari tangannya, Mikado berusaha menarik kembali ke genggamannya.

“Kamu baru saja mengendalikan dirimu, ‘kan? Kamu ingin bilang ‘Aku akan sangat senang berkencan dengan Kitamikado-san’, iya, ‘kan? Jadi pada dasarnya, permainan ini di menangkan olehku.”

Kisa menyilangkan tangannya.

“H-hah?! Aku tidak berencana mengucapkan itu! Aku baru saja akan mengatakan ‘Aku akan dengan senang hati membunuh Kitamikado-san!’, tidak lebih!”

“Itu sangat menakutkan! Kenapa kalimat terakhirnya kamu ingin membunuhku?!”

“Tak  masalah, ‘kan? Setiap orang berbeda dan aku melakukan apa yang mereka inginkan.”

“Itu masalah! Dan Jepang bukanlah negara sebebas itu!”

Mikado tidak ingat datang ke Amerika selama masa perintis. Tetapi sebelum dia bisa menjawab, Kisa menodongkan jemarinya tepap di depan hidungnya.

“Kitamikado-san, bukankah kamu bilang jika kamu tidak cocok denganku?! Bukannya itu sama saja dengan mengatakan kamu mempunyai perasaan terhadapku?!”

“Itu jelas berbeda! Aku tidak pernah mengucapkan ‘Aku menyukaimu’ dengan keras!”

“Pintar sekali!”

“Siapa yang?!”

“Terima saja dan menyerahlah!”

“Siapa yang mau?!”

Mereka saling melotot dalam jarak dekat. Atmosfir kekasih mereka dari sebelumnya telah menghilang dan sekarang percikan melesat di udara sekitar mereka. Melihat itu, Kokage berusaha keras menghentikan mereka.

“U-um, bisakah kalian menghentikan pertengkaran kekasih itu ...?”

“Ini bukan pertengkaran kekasih!”  “Ini bukan pertengkaran kekasih!”

“Eeeeeee?!”

Dipelototi oleh Utara dan Selatan pada saat yang sama, Kokage mengangkat pekikan.

*****

Perjalanan pulang dari sekolah palsu, di dalam limusin.

“Itu sedikit lagi ... hanya satu langkah lagi dan aku akan memiliki Kitamikado-san di telapak tanganku ...,” Kisa menghela napas ketika dia melihat ke luar jendela.

“Sedikit lagi, ‘kan? Tapi, kamu sudah melakukan yang terbaik, Onee-chan. Kamu benar-benar luar biasa!”

Mobil itu cukup luas, jadi Mizuki punya cukup ruang di sebelah Kisa. Dia memainkan ponselnya seperti biasa, kadang-kadang mengangkat kepalanya.

“Kamu sangat menikmatinya ....”

“Hmmm? Tentu saja! Lagipula aku mendapat teman baru!”

“Senang mendengarnya ....”

Kisa sedikit tertarik denga identitas teman yang Mizuki sebutkan, tetapi dia tidak memiliki tenaga untuk mencaritahunya sekarang. Meskipun pemandangan malam itu berkilau dan berkelap-kelip di mana-mana, bagian dalam hati Kisa berkabut.

“Aku penasaran kenapa berakhir gagal, ya ...? Mizuki, kamu tidak memberitahu sesuatu yang aneh pada Kitamikado-san, ‘kan?” Kisa melirik adik perempuannya.

“T-tidak~ Kenapa aku melakukan itu~?”

“Ya, aku yakin kamu masih ingin hidup sekarang ....”

“Benar- benar! Banyak karakter di game gacha yang belum aku dapatkan!”

Untuk suatu alasan, Mizuki memperbaiki postur tubuhnya saat dia duduk lebih jauh dari Kisa.

“Kalau begitu ... apa alasannya hal itu tidak berhasil ...?”

Kisa sedang memikirkan sekitar situ.

“Lu-lupakan sejenak soal itu! Hari ini tidak sepenuhnya gagal! Maksudku, Mikado bilang kalau kamu imut, ‘kan?”

“ ...!!”

Teringat akan fakta khusus itu, wajah Kisa memerah seperti tomat. Dia dipanggil imut oleh Mikado. Oleh Mikado. Beberapa kali. Dia bahkan dipuji cantik. Meskipun itu bagian dari rencana Mikado, dia tetap bahagia. Itu cukup untuk memberinya energi untuk hidup seratus tahun lagi.

“Ah, Onee-chan! Wajahmu memerah!” Mizuki berkomentar dengan suara menggoda.

“Ka-kamu salah .... d-dia mungkin tidak bersungguh-sungguh ... bahkan tidak bersungguh-sungguh ....”

“Emang, ya? Aku pikir dia sangat serius tentang itu.”

“Te-tentu saja tidak ... itu tidak ....”

Tapi, hati gadisnya itulah yang membuatnya ingin mempercayai kata-kata itu sebagai perasaan jujur Mikado.

*****

Mikado dan dua perempuan lainnya dipanggil oleh guru, dipaksa untuk meminta maaf karena ketidak hadiran mereka tanpa pemberitahuan kemarin dan diperintahkan untuk membersihkan ruang referensi.

“Seseorang dari keluarga Kitamikado mendapat hukuman seperti ini ... benar-benar masalah ...,” Mikado menundukkan kepalanya karena malu yang ditimpakan padanya.

“Cepatlah selesaikan ini. Ini bukanlah tugas rendahan yang biasanya dilakukan oleh Nanjou, lho?” Kisa berkomentar dengan sombong saat dia menyilangkan kakinya di atas meja guru.

“Uuuu ... kenapa aku harus melakukan ini ...?” Kokage hampir menangis ketika mengeluh.

“Jika kamu ingin cepat selesai, kalau begitu kerjakan tugasmu, Nanjou! Jangan hanya duduk di sana saja!”

“Tapi, orang berotaklah yang bertanggungjawab memiliki tugas untuk memberikan perintah, ‘kan?”

“Kita tidak butuh orang seperti itu untuk bersih-bersih! Gerakan tanganmu saja!”

“Mau gimana lagi ...,” dengan ekspresi cemberut, Kisa turun dari meja guru dan mulai menggerakkan sikat di sepanjang lantai.

Namun, tidak peduli seberapa keras dia mencoba membersihkan debu, itu tidak berfungsi sama sekali dan tetap terlihat kotor setelah beberapa waktu berlalu. Yang dia lakukan hanyalah menyiram debu ke udara.

“Kenapa debu-debu ini tidak bergerak menuruti kehendakku ...?!”

“Jangan marah pada debunya. Kamu harus melakukannya seperti ini, lihat,” Mikadi mengambil sapu dari Kisa dan segera menunjukkan bagaimana cara menggunakannya.

Kisa terdiam dan hanya menyaksikan itu terjadi. Di Keluarga Kitamikado, membersihkan adalah bagian dari pendidikan seseorang, tetapi anak perempuan Keluarga Nanjou mungkin tidak diperlukan untuk membersihkan rumah, karena mereka memiliki cukup pelayan.

“Um ... Kitamikado-san, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan ...,” Kisa dengan canggung mengangkat suaranya.

“Apa itu?”

“Sebelumnya, saat kamu ingin menyerang baliku ... apa yang kamu katakan itu perasaanmu yang sebenarnya?”

“Eh ...?” tangan Mikado berhenti di tengah gerakan dan matanya menatap Kisa.

Telinganya sedikit memerah dan matanya sedikit berair.

“L-lihat, apa yang kamu katakan saat itu ... ka-kamu bilang aku cantik ... apa itu hanya rencanamu? Atau ....”

“Aku tidak akan memberitahumu.”

Mikado tidak memiliki cukup daya tahan untuk terus mengatakan itu langsung ke wajah Kisa. Hari itu, dia terlalu fokus untuk menang melawan Kisa dalam pertandingan mereka. Semua hal yang dia katakan saat itu membuatnya ingin mati karena malu.

“Ayolah! Katakan padaku!”

“Aku menolak! Jika kamu tidak fokus membersihkan, ini tidak akan selesai.”

“Kumohon! Itu tidak akan termasuk ke dalam permianan, oke?!”

“Tidak bisa. Aku bahkan tidak mengingatnya.” Mikado menggelengkan kepalanya untuk menyangkal.

“Jangan menggodaku seperti itu! Aku akan membayarmu! Seratus juta!”

“Aku tidak mmerlukannya!”

“Jika kamu tidak mau, aku akan mengujimu dengan serum kebenaran!”

“Lakukan saja, tidak akan bekerja.”

“Aku ingin tahu! Ayolah, katakan padaku!” Kisa berusaha menarik lengan Mikado ketika dia mendekatinya.

Pemandangannya yang imut seperti biasa dan dia merasa dirinya menginginkannya terus seperti ini. Meski begitu, dia tetap mengunci mulutnya.

Post a Comment