KouSuki Jilid 1 - Bab 3 Bagian 2

ーーーーーーーーーーーーーーーーー
・Penerjemah: IsekaiShumi
・Editor: IsekaiShumi
・Dukung IsekaiShumi: Trakteer

ーーーーーーーーーーーーーーーーー

❈ Bab 3 Bagian 2: Aktivitas Subversif 

“Kamu ... kamu suka sekali ikut campur urusan orang seperti ini, ya ...?”
Mikado merasa jika seluruh tenaga meninggalkan tubuhnya.
“Eh, apa? Aku lagi dipuji?”
Gadis yang memancarkan senyuman menggoda tak lain adalah Nanjou Kisa. Keberadaan paling menyusahkan yang bisa dihadapinya.
“Aku tidak memujimu sama sekali! Aku punya beberapa urusan ini di sini, jadi ayo kita ketemu lagi minggu depan! Selamat tinggal!”
Dengan kata-kata itu, Mikado mengalihkan pandangannya ke bawah saat dia bersandar di dinding. Sambil melakukannya, Kisa berdiri di sebelahnya, di depan tembok.
“Kenapa kamu masih di sini?!”
“Karena kamu terlihat sangat tidak ingin aku di sini?”
“Kamu iblis, ya?!”
“Ya, memang benar. Melihat Kitamikado-san bermasalah seperti ini adalah yang paling aku cintai di dunia,” Kisa mencibir.
Hari ini, Kisa lebih imut dari biasanya. Sekarang, dia mengenakan one-piece hitam yang sangat minim, tidak luput juga hiasan dan renda. Menyandingkan dengan kaus kaki hitam di atas lutut dan sepatu hak tingginya, itu sangat kontras dengan kulit seputih saljunya. Aksesoris rambut berwarna hitam menghiasi kepalanya dan dia memiliki tas bahu imut yang dirancang dengan wajah kucing menggantung di punggungnya. Setelah mengatur gaya rambutnya dengan baik, Kisa memancarkan aura seekor kucing hitam kecil. Sepertinya dia sangat berusaha keras untuk itu, seperti dia ingin melakukan kencan penting.
“Apa yang kamu lakukan di sini, Kitamikado-san?”
“Tidak ada yang spesial. Hanya jalan-jalan.”
“Kalau begitu aku ikut.”
“Tidak. Aku ingin jalan-jalan sendiri.”
“Kalau begitu aku akan berjalan di belakangmu, sendirian.”
“Artinya tetap saja!”
“Kamu tidak perlu memikirkannya. Aku akan tetap menjaga jarak, lima sentimeter.”
“Itu malah lebih dekat! Lebih aneh daripada jalan berdampingan!”
Mikado panik. Semakin lama dia terus berbicara dengan Kisa, semakin tinggi risiko Rinka akan kembali dan melihatnya. Jika Kisa tahu jika Mikado sedang melakukan pertemuan dengan tunangannya, dia pasti akan menghalanginya dengan segala cara. Tentu saja, jika keluarga Shizukawa mengetahui bahwa Mikado dekat dengan Kisa, itu sama saja akan menimbulkan masalah. Dia tidak bisa membiarkan kedua perempuan itu bertemu, setidaknya saat tidak ada Mikado.
“Ada apa, Kitamikado-san? Kamu sangat berkeringat.”
“Hari ini sangat panas ....”
“Emang, ya? Aku merasa lebih sejuk.”
“ ... Hei, jika aku memintamu untuk meninggalkanku sendiri hari ini, apa yang kamu lakukan?”
“Tetap di sisimu bagaimanapun caranya!”
“Pastinya ... jika aku menyuruhmu menyerah?”
“Aku pasti tidak akan menyerah!”
Mata kisa berbinar, ekspresi yang sangat menyenangkan. Tetapi di waktu yang sama, Mikado tidak memiliki waktu luang untuk menikmatinya, dia memeras otaknya untuk memikirkan apa yang harus dia lakukan sekarang.
Untuk sekarang, menjauhkan Kisa dari Rinka-san prioritas utama.
Tiba pada kesimpulan, Mikado memutuskan cara paling efektif untuk mencapainya.
“Mau gimana lagi. Ayo jalan bersama.”
“Nah! Lagipula aku ingin memberi makan ikan Koi dan burung di kolam!” Kisa mengangguk senang.
Jadi Nanjou juga bisa mengucapkan kalimat yang imut seperti itu. Dia benar-benar perempuan.
Mikado sekali lagi mengoreksi pandangannya tentang Kisa.

*****
“Fufufu, kamu sangat menginginkan makananmu ...? Betapa rakusnya kamu. Lihat, bahkan aku menunjukan belas kasih padamu. Jika kamu tidak berterima kasih, aku akan menginjakmu.”
Saat Kisa tertawa pada dirinya sendiri, menaburkan makanan ( 100 yen ). Melihat itu, ikan Koi di dalam kolam dengan panik berenang ke permukaan.
“Berapa banyak lagi kamu ingin makan? Tapi, aku menyukai pelayan yang jujur pada keinginan mereka ....”
Pelayan ( Ikan Koi ) membuka mulut mereka saat berenang di permukaan, menunggu lebih banyak makanan. Memasukkan koin ke mesin penjual otomatis di tepi kolam, Kisa mengeluarkan kapsul kecil.
“Aku bodoh karena menganggapmu lucu ....” Mikado bergumam.
Kisa menjadi feminim. Tidak peduli siapa itu, Nanjou Kisa adalah Nanjou Kisa selamanya.
“Eh, tadi kamu ngomong apa?” Kisa berbalik melihat wajah Mikado dengan ekspresi tidak seperti Nanjou, tidak bersalah, saat dia mencoba mengeluarkan makanan dari kapsul.

“Tidak, tidak ada apa-apa ....”
Lagi-lagi, Mikado hampir menahan diri dari langsung memanggilnya imut.
“Kamu bilang aku imut tadi, ‘kan?”
“Tidak.”
“Iya.”
“Tidak.”
Mikado berusaha untuk menyangkalnya, tetapi Kisa tidak menyerah semudah itu.
“Kamu pasti mengucapkannya! Aku punya cukup kepercayaan diri untuk mendengar bahkan bagian gelap di dunia, jika Kitamikado-san memanggilku imut!”
“Telingamu tajam sekali, ya ....” Mikado menghela napas.
Eh, tunggu, bukannya berarti dia senang aku panggiil imut?! Iya, ‘kan?! Jadi Nanjou memang .... tidak tidak, masih terlalu cepat.
Mikado memberitahu dirinya sendiri jika dia terlalu percaya diri dan tidak terlalu terburu-buru. Biasanya, dengan tenang dia mengumpulkan tentang hal-hal semacam ini, tetapi begitu melibatkan Kisa, dia menjadi ceroboh. Sementara itu, Kisa segera melambaikan jari telunjuknya.
“Aku bilang, aku tidak salah dengar ... kamu jelas mengatakannya ... jika aku adalah makhluk palin lucu di seluruh alam semesta.”
“Aku tidak pernah mengatakannya sampai begitu!”
Mikado melirik jam di taman. Sudah sekitar sepuluh menit sejak Mikadi meninggalkan tempat di mana dia dan Rinka berpisah, jadi dia mungkin segera kembali dari toilet. Jika Mikado secepatnya kembali, dia mungkin berpikir jika dia berdiri. Dan saat itu, nada dering panggilan dari ponsel Mikado berbunyi ... dari dalam tas Kisa.
“Ara.”
Kisa mengeluarkan pinsel Mikado dari dalam tas seolah itu hal yang normal di dunia.
“Tunggu sebentar! Ini jelas aneh! Kenapa ponselku ada di kamu?!
Mikado berteriak padanya, gabungan antara panik dan kebingungan mengisi suaranya, tetapi Kisa tidak mengindahkannya. Dia hanya menekan tombol di ponsel dan menerima panggilan.
“Ya, hallo? Eh ...? Siapa aku? Tidak ada yang layak disebut. Di mana Mikado-sama, katamu? Apa yang kamu bicarakan? Kamu tahu, aku tidak menyukainya saat ada yang melakukan prank panggilan seperti ini. Ya, aku merasa sangat tersinggung saat ini.”
“Kapan kamu mencurinya?! Cepat kembalikan!”
“Bisa tidak kamu tunggu sebentar? Aku sedang berada di tengah-tengah pembicaran penting sekarang. Meskipun, aku tidak tahu siapa ini.”
“Jika kamu tidak mengenalnya, jangan bertindak seolah itu panggilan penting!” Mikado berhasil mengambil kembali ponselnya.
Dia segera meletakkannya di telinganya dan berisik sambil menyembunyikan mulutnya.
“Hallo, Kitamikado di sini.”
“Ah, Mikado-sama!”
Dia tentu berharap jika bukan Rinka, tetapi tidak diragukan lagi yang menjawabnya adalah suara Rinka. Karena terpisah mungkin akan sedikit buruk, mereka bertukar kontak saat meninggalkan restoran, tetapi Mikado tidak mengantisipasi dia akann menusuknya dari belakang seperti ini.
“Aku minta maaf, karena menjauh dari toilet. Aku akan segera kembali.”
“Tidak, sayalah yang telah membuat Anda menungggu. Pastinya membosankan menunggu saya.”
Suara yang meminta maaf masuk ke telinga Mikado, membuatnya berkeringat karena rasa bersalah dan frutasi. Tetapi, Kisa mengabaikan itu dan hanya mendekatkan telinganya ke ponsel sehingga dia bisa mendengarnya.
“H-hei ....”
“Shhh ... dia bisa mendengarmu.” Saat Mikado meliriknya, Kisa menaruh jari telunjuknya di depan mulut sambil berbisik.
Karena sedekat  ini, pundak Kisa hampir menyentuh pundak Mikado. Ujung rambutnya menggelitik pipinya dan dia merasakan jantung berdetak semakin cepat. Aroma manis yang melayang dari Kisa langsung memainkan alasannya. Sebelum situasi ini semakin berbahaya, Mikado melindungi ponselnya dan menjauh dari Kisa. Sembari frustasi karena tidak bisa menikmati kontaknya lebih lama, sekali lagi dia fokus pada panggilan yang berlangsung.
“Tidak, akulah yang salah. Tunggu sebentar di sana, aku akan segera kembali.”
“Tidak perlu melakukannya. Saya merasa tidak enak membuat Anda terus bergerak, jadi saya yang akan ke sana. Di mana Anda sekarang?”
“Itu ... umm ... sedikit sulit untuk menjelaskannya ....”
Kisa melambaikan tangannya pada Mikado dengan senyuman, saat Mikado menatapnya. Menjelaskan lokasi ini bukanlah masalah besar, tetapi ada beberapa keadaan yang membuatnya lebih sulit.
“Baiklah ... kalau begitu, siapa gadis yang menjawab tadi ...?”
“Itu juga sedikit sulit untuk dijelaskan.”
Mikado mulai berkeringat lebih deras, ketika Rinka melanjutkan dengan cara yang berat.
“Terdengar seperti gadis yang sangat manis. Usianya mungkin sama dengan saya ... apakah dia kenalan Mikado-sama?”
“Kenalan ... ya ....”
Dia tidak dapat menemukan jawaban yang pas. Sejujurnya, Mikado selalu buruk dalam menutupi sesuatu atau berbohong. Jika orang lainnya adalah seseorang yang pantas seperti Rinka, dia merasakan perlawanan yang lebih besar. Meskipun segalanya berbeda jika itu Kisa.
“Begitu ...? Kalau begitu, Mikado sama, saya akan menunggu di sini, jadi pastikan kembali dengan cepat.”
Dan bahkan sekarang, dia berakting sebagai Yamato Nadeshiko dengan sempurna, tidak ikut campur lebih jauh.
“Ya ... aku sangat minta maaf.”
Tanpa sadar Mikado menunduk sedikit sambil mengakhiri panggilan. Lau dia melanjutkannya dengan menutup ponsel dan menghela napas.
“ ... Hei, Kitamikado-san. Siapa perempuan yang kamu ajak bicara tadi?” Dengan senyuman, Kisa segera menutup jarak antara dia dengan Mikado.
Sepertinya neraka lain telah menunggunya bahkan sebelum dia kembali.
“Biarkan aku menjelaskan ini ... dia bukanlah perempuan.”
“Tapi kamu menyebutnya ‘Dia (Untuk perempuan )’?”
“Ugh ... dia ... sedikit rumit ....”
“Apa kamu sedang berkencan sekarang? Sambil memilikiku, Kitamikado-san? Mengesampingkan musuhmu dari permainan cinta, kamu bermain dengan perempuan imut yang lain?” Kisa menunjuk pipi Mikado.
Meskipun gerakannya imut, tatapan matanya terlihat marah. Sebaliknya, mereka serius.
“Aku tidak bermain dengan siapa pun ....”
Mikado berhati-hati memilah kata-katanya. Karena sebenarnya dia adalah tunangannya, Mikado tidak bisa bermain dengan kenyataannya.
“Begitu, ya ... jadi kamu benar-benar berkencan. Meskipun kamu sudah mempunyai aku.” Kisa benar-benar salah paham.
Sekarang Mikado hampir tidak mempunyai kesempatan untuk lari lagi.
“Aku minta maaf, tapi ini terkait dengan keluargaku, jadi aku harus pergi apapun yang terjadi ... aku akan menemuimu di sekolah ....”
“Tidak bisa.” Kisa menggenggam erat tangan Mikado.
Merasakan sentuhan tangannya yang dingin, namun juga lembut dan hangat, Mikado dapat merasakan wajahnya memanas.
Dia bisa melakukannya di lain waktu! Kenapa harus sekarang?!
“Aku ingin melihat orang itu juga. Kitamikado-san, kamu akan memperkenalkannya padaku, ‘kan?”
“Jangan meminta hal yang mustahil!”
“Kenapa? Memangnya seburuk itu jika aku bertemu dengannya?”
“Ti-tidak juga ....”
Mikado menelan kata-katanya. Terutama karena itu sangatlah buruk. Bahkan tidak ada manfaatnya sama sekali untuknya.
“Kalau begitu tidak masalah, ‘kan? Aku akan patuh dan memastikannya dia akan patuh juga selama permainan kita ....”
“Kamu akan membasminya atau apa?! Aku benar-benar tidak bisa membiarkanmu bertemu dengannya!”
“Tidak membasminya, hanya sedikit mengajarkannya ....”
“Apakah itu benar-benar jauh lebih baik?!”
“Tapi ... tapi ....”
Sambil memegang erat tangan Mikado, Kisa bergumam. Matanya berair dan hampir putus asa, saat dia menatap Mikado. Melihat itu mengirimkan rasa sakit memalui dadanya. Tentu saja, ini mungkin hanyalah aktingnya saja selama permainan. Dia mungkin hanya menunjukan kesedihannya untuk melemahkan targetnya. Tapi meski begitu, Mikado tidak ingin melihat Kisa yang sedih seperti ini. Setelah menghela napas, Mikadi berbicara.
“Ini bukanlah seseorang yang akan mengganggu permainan kita, jadi tidak usah khawatir. Aku tidak akan berhenti di tengah-tengah permainan.  Pihak lain hanyalah kenalan orang tuaku saja.”

“Dia tunanganmu, Shizukawa Rinka, ‘kan?”
“?!?!?!” Mikado kehilangan kata-katanya.
Kisa melepaskan tangan Mikado dan meletakkan satu jari di bibirnya sambil tersenyum.
“Ara, apa aku salah? Setelah pertemuan awal dengan konglomerat Shizukawa dengan keluarga Kitamikado jam sebelas siang di restoran ‘White Dragon’, kalian berdua pergi ke taman ini. Kamu mungkin pergi berjalan-jalan untuk memperdalam hubunganmu. Kamu pergi membeli baju untuk hari ini, ‘kan? Saat kamu bilang ingin berbelannja. Ngomong-ngomong, kamu membeli pakaian baru dari ‘Bloomani’, di toko sebelah stasiun Arakawa, ‘kan?”
“Kenapa ...?”
Kamu punya jadwalku yang ditandai dengan sempurna—? Mikado hendak bertanya, tetapi tidak dapat memaksanya keluar dari tenggorokannya. Karena terkejut, hanya membuka mulut dan menutupnya seperti ikan, hanya itu yang bisa Mikado lakukan.
“Wow, kamu mirip kayak ikan koi di kolam. Tidak mungkin aku tidak mengetahui jadwal musuhku dengan sangat rinci. Ngomong-ngomong, kamu akan mengenalkanku pada Rinka-san, ‘kan?”
“Apa yang kamu rencanakan ... begitu aku melakukannya ...?” Mikado mundur selangkah.
Sebagai balasan, Kisa mengambil satu langkah ke depannya.
“Kamu tidak perlu waspada. Aku hanya ingin sedikit lebih akrab dengannya ... ya, itu benar benar benar benar benar benar benar benar benar hanya itu!”
“Jumlah ‘Benar-benar’ itu malah lebih mencurigakan daripada apapun!”
Mikado berlari. Dia berlari dengan kecepatan maksimum, tidakk pernah berbalik sekali pun.
“Aku ... kembali ... maaf ... membuatmu menunggu ... seperti ini ....”
Sampai di dekat toilet saat mereka berpisah, Mikado meminta maaf pada Rinka dengan napasnya yang keluar dari irama. Dia hampir tidak bisa berdiri jika tidak menopang tubuhnya dengan satu tangan di pohon, bahkan keringat mengalir dari pelipis Mikado layaknya air terjun. Karena Kisa terus mengejar sementara waktu, dia harus berlari dengan kecepatan maksimum untuk melarikan diri dan sekarang dia benar-benar terbakar.
“Anda tampak sangat kelelahan, apa terjadi sesuatu?”
“Ummmm ... aku harus kerja lembur sedikit ....”
“Lembur ....”
“Ya, lembur ....”
Alasan itu membuatnya terlihat seperti suami yang berselingkuh, tetapi Mikado tidak bisa memikirkan hal lain. Namun, Rinka tersenyum padanya seperti seorang Dewi, dia menyatukan tangannya.
“Saya mengerti, jadi itu yang terjadi. Saya khawatir sesuatu akan terjadi pada Mikado-sama.”
“Kamu mempercayaiku?!”
“Tentu saja. Sudah tugas istri untuk mempercayai suaminya. Meskipun Anda tidur dengan perempuan lain, saya akan tetap mempercayai Mikado-sama.”
“Tidak, kamu harus meragukannya ....” Rasa bersalah Mikado semakin meninggi. “Kalau begitu, ayo kita berjalan ke taman bunga. Aku akan membimbingmu.”
“Ya, tolong bawa saya ke sana.”
Matahari tersaring pepohonan,  membentuk titik-titik tertentu di tanah saat mereka berdua berjalan di sepanjang deretan pohon. Mikado bahkan tidak harus menyamai kecepatannya karena dia tepat di sisi Rinka. Katika Mikado akan berbicara, Rinka menjawabnya, tetapi dia tetap tersenyum dalam diam. Itulah suasana yang dia berikan. Perempuan yang untuk menghormati dan memuji lelaki di sampingnya, tidak pernah membuatnya bermasalah.
Mikado sudah dapat melihat kehidupan yang tenang dan menyenangkan jika dia membawa Rinka menjadi istrinya. Damai, tidak ada yang merajalela, hanya fokus pada pekerjaan, gaya hidup ideal bagi para pria. Tetapi sesuatu, atau lebih tepatnya seseorang menariknya dengan kasar keluar pikirannya.
“Ara, Kitamikado-san! Ternyata kamu ada di sini! Jahat banget kamu meninggalkan aku di belakang!”
Itu adalah personifikasi dari segala kekacauan, berjalan ke arahnya. Dengan senyum bercahaya, dia berhenti tepat di depan mereka berdua.
“ ...!”
Mikado mundur selangkah.
“Mikado-sama? Siapa orang ini?” Rinka memiringkan kepalanya.
Dia seharusnya sudah menyingkirkan Kisa, tetapi tampaknya dia terlalu naif karena memikirkan itu. Dan sekarang mereka berdua bertemu, dia tidak bisa melewatkan hubungan mereka hanya sebagai kenalan belaka, jadi dia menarik napas kesal.
“Dia teman sekelasku dari Akdemi Sousei. Namanya Ki—“
“Kitamikado-san! Kamu terlalu dingin! Aku Nanjou Kisa!” Kisa memaksakan dirinya di antara ucapan Mikado.
“Eh ... Nanjou ... jangan katakan ... dari keluarga Nanjou ...?” Rinka jelas bingung.
Sudah lama berhubungan dengan keluarga  Kitamikado, keluarga Shizukawa mendapat informasi tentang persaingan mereka dengan keluarga Nanjou.
“Haha, tolong jangan bercanda—“ Mikado panik.
“Ya, Keluarga Nanjou yang itu! Menjadi saingan keluarganya, aku musuh bebuyutan Kitamikado Mikado ... itu aku, Nanjou Kisa. Tapi, sampai sekarang, kita adalah teman sekelas ... sangat-sangat dekat dan ramah.” Kisa terkiki percaya diri.
“Ke-kenapa Anda menekankan bagian yang sangat dekat ...?”
“Karena itu kenyataannya! Kami hampir selalu bersama di siang hari tau? Karena kami berada di komite yang sama, kami harus bekerja sama sepanjang waktu. Kami menghabiskan lebih banyak waktu bersama daripada dengan orang tua kami sendiri!”
Tubuh Rinka mulai gemetar.
“Me-menghabiskan waktu lebih lama dengan orang tuamu ... jadi Anda pada dasarnya ...?”
“Benar!”
“Tunggu dulu?! Apa yang kamu setujui di sini?!”
Saat situasinya semakin membingungkan, Mikado melemparkan tatapan tajam pada Kisa.
Kamu, kamu berencana untuk memutuskan perkawinan ini?!”
Tentu saja!
Kisa membalas tatapan. Mereka sekarang sepenuhnya dapat melakukan percakapan hanya melalui kontak mata saja. Rinka melihat mereka berdua, tampak khawatir.
“Kalian sepertinya ... cukup akrab satu sama lain ....”
Kisa mengangkat bahu.
“Setidaknya, aku lebih dekat dengannya daripada orang yang ditentukan oleh orang tuanya. Tidak seperti seseorang, kami berbicara dengan bahasia informal.”
“ ...!” tangan Kisa membentuk kepalan.
Gadis tenang dan pendiam yang sebelumnya telah menghilang, tergantikan oleh amarah.
“Mikado-sama!”
“Ya!”
Mikado tanpa sadar berdiri lebih tegak saat dia dipanggil.
“Kumohon, bicaralah dengan normal! Menggunakan bahasa formal dengan istrimu di masa depan adalah sesuatu yang tidak dapat aku tahan!”
“Tapi, kita baru saja bertemu ....”
“Tidak baru saja! Bukankah kita sering bermain saat masih kecil?! Bicaralah dengan normal padaku! Aku mohon padamu!” Rinka sangat serius.
Sebagai balasannya, Kisa bergumam terkejut. “Oh~” dengan ekspresi yang menarik.
“Ba-baiklah, aku mengerti. Rinka-san. Mulai sekarang, aku akan berbicara secara normal denganmu.”
[ Tl Note : Untuk si Rinka sebelumnya udah pake bahasa yang formal, tapi untuk si Mikado gak, meski seharusnya dia pake bahasa formal juga. Tapi, mulai sekarang bahasanya si Rinka bakal ane ubah biasa aja, meskipun di awal-awal ini ngomongnya masih cukup formal ]

“Cara bicaramu denganku juga! Panggil aku Rinka! Kalau tidak, aku tidak akan merasa layak berdiri berdampingan dengan keluarga Kitamikado Mikado di masa depan!” Rinka mendorong tubuhnya ke depan.
Mikado dikalahkan saat mata indahnya yang seperti batu permata menatap lurus ke arahnya. Setelah menelan ludah sekali, dia dengan gugup merespons.
“A-aku mengerti ... Rinka.”
“Ah ...,” pipi Rinka memerah. “Se-seperti itu saja ... bagaimana aku mengatakannya, itu sedikit memalukan ....”
Melihat reaksi semacam itu, bahkan Mikado merakan darahnya mengalir deras ke kepalanya.
“U-um, sepertinya kamu masih sangat formal, Rinka ....”
“A-aku tidak keberatan ... aku tidak ingin diperlakukan seperti bajingan oleh Mikado-sama ....”
“Begitu, ya ...?”
Di dalam pusat taman ini, mereka berdua terbungkus dalam suasana canggung dan memalukan.
“Hei, hei ... bukannya dia sangat imut ...?”
Meskipun pihak lain adalah orang yang ditentukan oleh keluarga Kitamikado, Mikado terpaksa merasakan itu. Setelah menghela napas panjang, Rinka mengubah pandangannya dari Mikado ke Kisa.
“Bagaimana kalau begini? Mulai sekarang kita akan memanggil dengan nama depan. Bagaimana denganmu? Nanjou-san, kamu masih memanggil Mikado-sama dengan nama keluarganya, ‘kan?”
“Ughh ....” Kisa menggertakkan giginya.
Dan Rinka belum selesai dengan serangannya.
“Tidak peduli sedekat apa kamu, Mikado-sama dan Najou-san hanyalah teman sekelas biasa ... kamu bukanlah kekasihnya. Ada tembok yang tidak bisa kamu atasi bagaimanapun juga.”
“I-itu tidak benar! Jika perlu, aku akan menembus dinding sel di tubuhnya dan bergerak maju! Bahkan di dinding bagian dalam pertunya! Itulah segala yang telah aku persiapkan!”
“Aku akan mati jika kamu melakukan itu!”
Tapi, Rinka tidak gentar setelah serangan konyol seperti itu.
“Bagaimana dengan tembok hatinya? Kamu masih memanggilnya, ‘Kitamikado-san’, ‘kan?”
“Ah, tidak, tunggu! Aku akan melakukan sesuatu tentang itu sekarang!” Kisa meletakkan satu tangan di dadanya dan mengambil napas dalam-dalam.
“Dia berbalik menghadap Mikado dan berbicara dengan suara lantang.
“Mi-Mimi—Mimimimimimi ....”
“Mimi?” Rinka memiringkan kepalanya dengan bingung.
Dia mungkin ingin memanggil Mikado dengan nama depannya, tetapi tidak bisa melewati suku kata pertamanya. Pada titik ii, dia hanya seperti penyuka telinga, tidak lebih.
[ Tl Note : Mimi yang dimaksud di sini telinga. Bahasa Jepangnya telinga itu mimi (耳)
“Mi ... Mimimimi ... Mika ... Mika ... ahh, aku tidak bisa!” Wajah kisah merah seperti tomat saat dia menyembunyikannya dengan kedua tangan, berjonong di tanah.
“Ehh ...?” Rinka tercengang.
Kisa mulai bergetar dengan marah.
Apa ini? Dia imut sekali!
Mikado mengeluh. Sejak awal, Mikado berpikir dia memanggilnya dengan nama keluarga untuk menjaga jarak perasaan yang mereka miliki, tapi bukanlah seperti itu. Itu karena malu. Bahkan sekarang, Mikado tidak tahu apakah Kisa itu berani atau lembut. Perlahan Kisa bangkit dari posisi jongkok dan menunjuk Rinka dengan jari telunjuk.
“Ja-jangan pikir kamu menang hanya dengan ini! Aku tidak menerima kerusakan sedikit pun! Tidak mungkin aku menyerah pada kuda hitam yang menyerang permainan kami!” Matanya berlinang.
“Permainan ...? Kuda hitam ...?” ekspresi Rinka memantulkan kebingungannya.
“Jika sudah sejauh ini, waktunya kita berduel! Siapa yang bisa memenangkan Kitamikado-san pertama kali! Waktunya selama kencan ini! Kita akan berjalan di taman bertiga dan mengakhiri ini!”
“A-aku tidak akan kalah! Mikado-sama adalah calon suamiku yang berharga! Aku tidak akan membiarkannya jatuh ke tangan keluarga Nanjou!”
Percikan terbang di antara mereka berdua. Di sisi lain, Yamato Nadeshiko, mirip seperti Narcissus yang mekar di tepi danau. Di sisi lainnya, ratu iblis yang mempesona. Di kedua sisi, baik itu penampilan atau aura mereka, tidak banyak yang bisa menandingi kecantikan mereka.
“Kenapa sekarang keputusannya menjadi kencan bertiga ...?” Mikado bingung.

*****
Mereka bertiga pergi ke tempat terbuka yang mereka putuskan. Area itu di kelilingi oleh halaman rumput besar, dengan beberapa pengunjung lain yang menikmati liburan mereka. Ada keluarga yang bermain bola dan yang lainnya meletakkan alas di atas rumput lalu menikmati piknik yang menyenangkan. Di atas itu semua, para manula berjalan-jalan santai dan anak muda yang hanya menatap langit pun hadir. Itu adalah suasana yang menyenangkan untuk dilihat, dengan sepoi angin dan awan-awan yang melewati langit biru yang indah. Atau lebih tepatnya, itulah yang seharusnya mereka nikmati, tetapi ....
“Fufufu ... jadi, gimana kalau kita mulai dengan kekuatan perempuan ...?”
“Kamu bilang kekuatan perempuan, tapi kamu bermaksud untuk menunjukkan pesona feminim kita, ‘kan? Jika itu, gadis dari keluarga Shizukawa, aku, tidak akan kalah!”
Baik Kisa dan Rinka menunjukkan motivasi yang ganas, menghasilkan atmosfir tegang.
Emangnya Rinka itu tipe yang agresif, ya ...?
Saat Mikado melihatnya di pesta dan selama pertemuan mereka di restoran, Mikado mendapat kesan Rinka adalah orang yang tenang dan penurut. Namun, dapat menunjukkan semangat juang yang hebat ketika turun ke sana adalah apa yang membuatnya seperti Yamato Nadeshiko. Dan, tepat saat dia memikirkan itu, seorang wanita tua berjalan ke arah mereka dengan dachshund.
“Sekarang, pertarungan pertama! Kami akan menunjuukan kekuatan perempuan dalam reaksi tehadap hewan! Tentu saja, Kitamikado-san yang akan menilainya!”
“ ... Eh, aku?”
“Tentu saja! Siapa lagi yang bisa menilai kami? Shizukawa-san, kamu sudah siap?”
“Ya ... aku sudah mempersiapkan mentalku,” Rinka memberikan anggukan misterius.
Kehadirannya dan martabatnya mirip seperti seorang wanita zaman Taisho, menggunakan Naginata ke dalam pertempuran. Bahkan Hakama akan cocok untuknya dengan sempurna, pikir Mikado.
[ Tl Note : Naginata = Senjata yang mirip pedang. Hakama = pakaian luar tradisional Jepang yang dipakai untuk menutupi pinggang sampai mata kaki, dibuat untuk kaum pria, akan tapi sekarang untuk perempuan juga ada ]
“Lalu ... bersiap, dan ... mulai!”
Atas aba-aba Kisa, keduanya mulai berlari. Di pertarungan ini ... yang pertama kali sampai ke Dachshund akan menjadi pemenangnya! – atau itulah yang mereka yakini, karena mereka berlari dengan cepat. Meskipun benar yang pertama kali tiba memiliki kebebasan memilih. Karena orang yang datang setelahnya tidak akan bisa melakukan pendekatan yang sama lagi, itu menempatkan mereka pada posisi yang kurang menguntungkan. Mereka berlari seperti hidup mereka bergantung padanya ... tentu saja, untuk dachshund, mereka berdua seperti raksasa yang menyerangnya, jadi—
“Bark Bark!” masuk akal bahwa anjing malang itu berlari ketakutan.
Yang mengikutinya adalah seorang nenek, karena tertarik oleh anjingnya.
“Orang tua zaman sekarang masih cukup bertenaga di usianya ....”
Mikado melihat punggung wanita tua itu semakin jauh, saat dia bergumam kagum. Pada saat yang sama, Kisa dan Rinka dibiarkan dalam kebingungan.
“Kenapa dia lari, ya ...? Pasti karrena Shizukawa-san terlalu menyeramkan!”
“Itu tidak benar! Pasti karena merasakan hawa membunuh dari Nanjou-san!”
“Tidak, itu salah kalian berdua, tau!”
Mikado merasa dia baru saja melihat sisi baru dari Rinka hari ini. Dan, saat mereka terus berjalan sebentar, mereka akhirnya tiba di taman bunga. Beragam warna bunga yang indah, memberikan aroma manis seakan menyapa para pengunjung
Kisa tertawa percaya diri.
“Sekarang, Shizukawa-san. Perlihatkan kekuatan perempuanmu. Anjing yang tadi hanyalah rintangan kecil ... di depan bunga-bunga inilah kekuatan perempuanmu akan bersinar!”
“Aku tidak merasa yang tadi itu hambatan kecil ... tapi, aku mengerti!”
Rinka mengencangkan ekspresinya dan membungkuk di dalam taman bunga. Postur tubuhnya bermartabat dan dia berhati-hati untuk tidak mengotori kimono-nya. Tangannya yang ramping meraih bunga putih dan menarik ke arahnya. Lalu dia dengan lembut menutup matanya dan menikmati aroma bunga, sambil tersenyum.
“Mikado-sama, aroma bunga ini harum. Tolong, ke sini.”
“Y-ya ....”
Mikado tidak bisa tetap kuat terhadap cara memanggilnya, bahkan jika dia harus menyeberangi sungai dengan berenang sekali pun untuk sampai padanya, dia dengan senang hati melakukannya. Namun, Kisa menyilangkan tangannya.
“Nol Poin! Dari sepuluh miliar poin, sama sekali nol!”
“Dan kenapa begitu?!”
Karena ditolak oleh Kisa, Rinka mengangkat suaranya karena tidak percaya. Kusa menjawab dengan mendengus.
“Kamu masih terlalu naif karena menanyakan alasannya! Jika kamu tidak tahu jawabannya sendiri, kamu tidak memiliki izin untuk membanggakan kekuatan perempuanmu! Itu minus lima puluh poin lagi!”
“Sistem penilaiannya gimana, sih?! Tolong jelaskan padaku!”
Rinka bingung, tapi Mikado menilai itu hanyalah kemauan Kisa saja. Dan di atas itu semua, Mikado seharusnya menjadi hakim, tetapi Kisa menerkamnya. Lagi, itu mungkin hanya karena suasana hatinya.
“Kalau begitu, perhatikan contoh sempurna dariku ... kekuatan perempuanku, dikagumi seluruh galaksi!”
“Y-ya ....”
"Kamu benar-benar memasang rintangan untuk dirimu sendiri sekarang ...."
Mikado dan Rinka menelan ludah mereka dengan tegang, saat mereka melihat Kisa. Dengan semua omong besar itu, kau akan mengharapkan hal yang luar biasa, bahkan jika kau tidak menginginkannya. Kisa mengambil ponsel dari tasnya, mengoperasikannya sejenak dan meletakkan di satu tellinga.
“Kamu punya helikopter yang sudah kamu siapakan? Aku tidak menerima tidak sebagai jawaban. Ya, bisakah kamu membawakan penyembur api ke sini? Untuk apa? Untuk mambakar taman bunga tentu saja! Cepat! Kamu punya tiga menit!”
“Apa yang kamu lakukaaaannn?!” Mikado melompat ke Kisa karena panik.

Post a Comment