ーーーーーーーーーーーーーーーーー
・Penerjemah: IsekaiShumi
・Editor: IsekaiShumi
・Dukung IsekaiShumi: Trakteer
ーーーーーーーーーーーーーーーーー
・Penerjemah: IsekaiShumi
・Editor: IsekaiShumi
・Dukung IsekaiShumi: Trakteer
ーーーーーーーーーーーーーーーーー
❈ Bab 3 Bagian 3: Aktivitas Subversif ❈
Mengambil
ponselnya, dia langsung memutus panggilan.
“Kenapa kamu
menghentikanku?! Aku sedang di tengah-tengah percakapan!!”
“Kenapa kamu
ingin membakar taman bunga?! Kamu itu iblis atau apa, sih!”
“Membakar
taman bunga adalah cara terbaik untuk menunjukkan pesona feminimku! Kamu tidak
mengerti itu?!”
“Jelas
tidak!!”
“Tolong
mengerti! Cobalah untuk mengerti perasaanku!”
Untuk
memastikan dia tidak mencapainya, Mikado mengangat tangannya yang tengah
memegang ponsel tinggi-tinggi. Sebagai balasannya, Kisa mencoba yang terbaik
untuk meraihnya sambil meloncat.
“Kembalikan
saja! Aku pasti akan membunuhmu jika kamu melihat penyimpananku! Dan semua
orang yang berhubungan denganmu juga!!”
Keputusasaan
Kisa juga terlihat imut di mata Mikado, tetapi dia mengancam, tidak sebanyak
itu. Jika itu hanya Mikado tidak apa-apa, tetapi menyangkut orang yang
berhubungan dengannya cukup membaninya sedikit.
“Aku tidak
keberatan mengembalikannya, tapi berjanjilah. Kamu tidak akan membakar taman
bunga ini dan menjelaskan alasanmu mengapa kamu mencoba melakukannya.”
“A-aku
mengerti! Aku akan menyerah membakarnya hari ini!”
“Tidak hanya
untuk hari ini, tapi untuk selama, oke?! Jangan berani membakar ini, oke?!”
Saat Mikado
menekankan itu, dia mengembalikan ponsel Kisa, yang mengeluarkan napas lega
setelah menaruh ponselnya dengan aman ke bagian terdalam tasnya. Dengan seksama
menutup kemungkinan untuk membuka tasnya, Kisa dengan erat menggenggamnya
menggunakan kedua tangan untuk melindunginya.
Data apa yang ada ponselnya?
Melihat
tindakan keamanan Kisa sampai seperti itu, Mikado menjadi penasaran. Namun,
membuka kotak pandora akan menyebabkan bencana besar, jadi dia memutuskan untuk
menundanya. Setelah menenangkan dirinya, Kisa berdeham sekali untuk memulai
percakapannya lagi.
“ ... Lihat,
perempuan tidak bisa membiarkan hal lain yang lebih indah dan mengagumkan dari
dirinya, ‘kan? Karena itu setiap kali aku melihat bunga yang indah, aku merasa
ingin menginjaknya ... tidak, ingin menghapusnya dari muka bumi adalah reaksi
yang normal! Penyembur api adalah kekuatan perempuan!”
“Itu tidak
benar!” Rinka menyangkal argumen itu dengan kekuatan penuh.
“Tidak, aku
tidak salah! Bahkan ratu dalam dongeng mencoba untuk membunuh putri salju,
‘kan? Pada dasarnya, keindahan berharga ... keindahan semua orang di
sekitarmu!”
“Kamu tahu
kalau ratu itu orang jahat, ‘kan ...?” Sekali lagi, Mikado kagum pada keagungan
keluarga Nanjou.
Pada saat
yang sama, Kisa melirik keluarga yang tengah berjalan-jalan di area terbuka.
“Sekarang,
ayo kita lanjutkan pertandingannya. Ada bayi imut dalam kereta di sana ... kita
akan mengukur kekuatan perempuan kita pada permata cantik itu. Ya, kekuatan
perempuan mematikan kita!”
“Bisakah kita
tidak menggunakan kata mematikan atau membunuh?!”
“Baiklah! Aku
tidak membutuhkan kompetisi tentang kekuatan perempuan lagi!
Dia takut
jika Kisa akan mengeluarkan penyembur api pada bayi yang tidak bersalah itu.
“Ara, kamu
sudah menyerah? Berarti kamu sudah mengakui kekalahanmu, ‘kan? Aku masih
bertarung lagipula.”
“Uu ... Y-ya.
Aku menerima kekalahanku ....”
“Sayang
sekali. Untuk pertarungan terakhir, aku berencana menggunakan kekuatan pukulan
pertempuran perempuan ....”
“Kenapa kamu
menganggap kekuatan perempuan dan pertarungan kematian itu sama dan membawanya
sekarang?! Kamu benar-benar mengabaikan seluruh alasan untuk ini!” Rinka ingin
menangis karena terkejut dan frustrasi.
“Kitamikado-san!
Aku menang! Aku memang memiliki kekuatan perempuan lebih banyak!” mata Kisa
berbinar, saat dia melaporkannya ke Mikado.
“Bagus
untukmu ....”
Kamu menang pertarungan, tapi kamu kalah
dalam perang, kurasa.
Mikado
berpikir dalam hati, saat Kisa memenangkan pertandingan kekuatan perempuan,
dengan tidak ada sedikit pun kekuatan perempuan dalam dirinya.
*****
Dipandu oleh
Kisa, Mikado dan Rinka sampai di tebing sebagai tempat pengamatan. Tak jauh
dari sana terdapat kios yang menawarkan menu-menu menarik. Di sekitar mereka
ada beberapa bangku untuk beristirahat yang sudah disinggahi oleh keluarga,
pasangan, atau sekumpulan perempuan, mereka semua memakan es krim sambil
beristirahat. Setelah berjalan cukup jauh, Rinka berbicara pada Mikado, sedikit
kehabisan napas.
“Aku minta
maaf, Mikado-sama, aku sedikit lelah ... aku akan senang jika kita bisa
istirahat sebentar di sini ....”
Kisa
mengangkat alisnya saat itu.
“Merepotkan
sekali ... kenapa kamu sampai selelah itu ...? Memang salah siapa ini ...?”
“Ini jelas
salahmu, Nanjou!”
Meskipun
mungkin sedikit membosankan, jika Mikado dan Rinka menghabiskan berdua saja
selama dua jam, kalori yang mereka butuhkan akan jauh lebih rendah daripada
saat bersama Kisa. Terus menerus gelisah karena entah kapan Kisa akan memanggil
helikopter bersenjata atau saat taman yang indah ini akan menjadi lautan api,
Mikado sibuk dengan menjaga kendali Kisa.
“Sekarang,
kita istirahat dulu. Sepertinya mereka punya makanan yang terlihat lezat di
sini.”
“Terima kasih
banyak,” Rinka menaruh satu tangan di dadanya saat dia menghela napas lega.
Untuk
seseorang seperti dia yang berasal dari sekolah wanita bergensi dan
bermartabat, menghabiskan waktu bersama Kisa seperti ini pasti sulit baginya
dalam banyak hal.
“Aku ingin
makkan crepe! Ayo kita coba, crepe!”
“Aku tidak
suka yang manis seperti itu, tapi sesekali tidak apa-apa ....”
Atau
begitulah kata Mikado, tetapi dia selalu mengagumi makanan yang bernama crepe
ini. Sebagai seseorang dari keluarga Kitamikado yang menjadi cahaya Jepang,
toko permen dango adalah batasan baginya. Dia tidak pernah mencoba makanan yang
manis feminim ini. Mikado mengeluarkan dompet dari sakunya.
“Kamu mau
yang mana, Rinka?”
“Sama seperti
Mikado-sama saja,” dia menjawab seperti itu sudah jelas..
“Tinggu
sebentar! Jika Kitamikado-san mau makan makanan anjing, kamu juga makan?!”
“Tentu saja.”
“Ini tugasmu
sebagai istri?! Apa seorang istri makan makanan anjing?! Kisa gemetar
ketakutan.
“Sejak kapan
aku makan makanan anjing?!”
“Tidak
apa-apa, Mikado-sama. Jika kamu memintaku, aku tidak keberatan memakan makanan
kucing juga, jadi jangan menahan diri untuk mengatakan yang kamu sukai.”
Untuk suatu
alasan, mata Rinka sedikit menyeramkan.
“Tidak ...
ini bukan perintah atau apapun. Kamu boleh memakan apa yang kamu suka.”
“Jika
Mikado-sama bilang begitu, kalau begitu aku akan mengambilnya sendiri untuk
memilih.” Rinka berjalan ke arahnya.
Biasanya,
Mikado tidak keberatan dalam diam mengikuti, tetapi ada batasan bahkan
untuknya. Sekarang, Mikado dan yang lainnya berbaris di depan toko, memesan apa
yang mereka inginkan. Kisa memesan puding blackberry, Mikado memesan keju
daging sapi, dan Rina krim stroberi. Lalu, ketika datang waktunya membayar.
“Aku yang
akan membayar.”
“Aku yang
akan membayar.”
Mikado dan
Kisa mengkat dompet mereka bersama, yang mengakibatkan perhatian tertuju pada
mereka.
“Um ...
Kitamikado-san? Membangun dominasi dengan mentraktir kita seperti ini tidak
akan berhasil, lho? Hanya dari sini, seseorang dari keluarga Nanjou tidak akan
membuat hutang dan aku tidak akan terkesan hanya dengan ini ... jadi biarkan
aku yang mentraktirmu.” Kisa menatap tajam Mikado.
“Ditratir
oleh seseorang dari keluarga Nanjou sama saja memberikan jiwaku ... jadi aku
lebih memilih tidak. Jika kamu tidak merasa ini adalah hutang yang harus
dibayar, tetap diam dan biarkan aku mentraktirmu, oke?”
Mikado tidak
mundur dan menatap tajam balik Kisa.
“Ara ara,
kenapa kamu menentangnya? Harga diri kamu sebagai laki-laki? Membayangkan harga
diri kecilmu akan hancur karena ditraktir oleh seorang perempuan .. kamu bahkan
tidak bisa menerima kebaikanku?”
“Ini bukan
soal harga diri ... aku hanya mempertahankan jumlah kewaspadaan minimum ... aku
tahu jika dalam kehancuran Wall Street 1929, yang menyebabkan kekacauan di
seluruh dunia, keluarga Nanjou ikut campur tangan ....”
“Menyerahlah
dan biarkan aku mentraktirmu!”
“Tidak,
akulah yang akan mentraktirmu!”
Mereka berdua
menambahkan alasan mereka tidak bisa mundur dan tidak ada yang berubah. Mikado
memegang selembaran uang 10.000 yen, sedangkan Kisa memegang kartu hitam,
menatap Mikado. Karyawan itu hanya melihat mereka dan mulai gemetaran.
“H-hei,
kalian berdua! Kalian tidak bisa membauar di toko ini dengan uang 10.000 yen
atau dengan kartu aneh itu!” Rinka tidak bisa terus mengawasi dan melangkah di
antara mereka.
“Apa ...?”
“Kenapa?!
Kamu bisa menggunakan kartu ini di semua negara di dunia! Kamu mau bilang kalau
ini bukan di bumi?!”
“Membayar di
toko biasa dengan uang besar hanya akan merepotkan dalam pengembalian, dan
mereka tidak menggunakan kartu kredit di sini! Aku yang akan membayar, jadi
tratir aku kapan-kapan saja.”
Rinka
mengeluarkan dompet putih dan menyelesaikan masalah dengan 1000 yen dan
beberapa koin.
“Begitu, ya
... jadi untuk toko biasa seperti ini, aku harus menyiapkan uang yang lebih kecil
agar mereka dapat memberi kembalian dengan lebih mudah ....” Mikado belajar
sesuatu yang baru hari ini.
“Itu berarti
aku berhutan budi pada keluaga Shizukawa ...? Dia mengambil keuntungan dari
kelemahanku ... apa yang akan dia minta sebagai balasannya ...?” Kisa bingung,
serius bertanya-tanya tentang sesuatu.
Karyawan itu
membuat crepe dengan sangat cepat, mendorongnya ke tangan Mikado dan yang
lainnya, dia segera melarikan diri ke belakang kios. Setelah menerimanya,
mereka bertiga pergi mencari bangku untuk duduk. Di kedua sisi Mikado, Kisa dan
Rinka duduk, ketika mengamati keduanya, Mikado mengunyak crepenya. Bisa
dikatakan, itu bukanlah suasana untuk bersantai. Memakan setengah crepenya,
Kisa berbicara.
“Kitamikado-san,
crepemu terlihat enak. Aku tidak pernah makan crepe yang tidak manis
sebelumnya, gimana rasanya?”
“Gimana ...?
Sulit untuk menjelaskannya ....” Mikado jelas bukan gourmet atau penguji
makanan bersertifikat.
“Kalau
begitu, boleh aku mencobanya? Aku akan memberikan punyaku juga. Sini,” kata
Kisa dengan senyuman, saat dia mendorong puding blackberry ke hadapan Mikado.
“Eh ....”
Di crepe,
masih ada tempat di mana Kisa menggigitnya dengan cara yang lucu. Melihat
Mikado yang ragu-ragu, Kisa melontarkan senyum jahat.
“Ara, ada
apa? Kitamikado-san, apa kamu bingung karena sesuatu? Berarti kamu punya
sesuatu untuk lawanmu, ‘kan? Atau kamu sangat menyukai aku jadinya kamu terlalu
gugup?”
“ ... Bukan
begitu.”
Itu tepat
sasaran. Memikirkan bibirnya akan menyentuh tempat Kisa menggigit, membuat
darah mengalir deras ke kepalanya.
“Kalau begitu
kenapa? Ayolah, terima saja. Kamu malu karena berbagi ciuman tak langsung
denganku. Kamu kayak anak SD, tau?”
Saat
menjahili Mikado dengan usra yang imut, dia terus mendorong crepenya ke arah
mulut Mikado. Jika dia membiarkan topiknya pergi, itu akan berakhir dengan
ciuman tak langsung. Jika itu terjadi, Mikado tidak perlu menyalahkan dirinya,
tapi dia masih merasa Kisa akan menang dalam permainan ini. Tidak, tentu saja
akan berakhir seperti itu. Memikirkan akan berakhir buruk, Mikado merencakan
serangan balik.
“Aku sudah
tidak apa-apa sekarang, jadi kamu bisa mencoba punyaku dulu.”
“Eh ...?”
Kisa mengangkat alisnya. “Tidak apa-apa, jadi kamu boleh makan punyaku dulu.”
“Kenapa? Kamu
mau menyicipinya, ‘kan? Tidak usah ragu.”
“Ta-tapi ...
a-aku sudah kenyang ....”
“Kenapa
tiba-tiba kenyang? Kamu orangnya plin-plan, ya? Ayolah, makan saja.”
“Ah ... uu
....”
Saat Mikado
mendorong crepe miliknya ke Kisa, dia membeku sambil melihat potongan di crepe.
Warna telinganya perlahan berbuah.
“ ... Kamu
malu?”
“A-a-a-a-a-aku
tidak malu seti- sedikitpun! Kisa menggigit bibirnya saat dia melontarkan
kata-katanya sendiri.
“Jangan
bohong. Gigit saja sudah. Jika kamu tidak mau, berarti kamu punya sesuatu untuk
lawanmu, ‘kan? Kamu yang mengatakan itu sebelumnya.”
“Tu-tunggu!
Tunggu sebentar! Kamu salah! Ini berbeda!”
Saat Mikado
lebih mendekatkan crepenya padanya, Kisa membungkukkan tubuhnya ke belakang, di
atas bangku, seolah dia berusaha melarikan diri. Wajahnya memerah dan matanya
berair. Dia terlalu panik. Menikmati Kisa yang sebelumnya tenang yang kini menjadi
malu seperti ini, Mikado merasa sedikit sadistic
dan memutuskan untuk menggodanya lebih jauh. Tanpa pikir panjang, dia
mencondongkan tubuhnya ke depan dan berbisik lembut pada telinga Kisa.
“Wajahmu
memerah, Nanjou. Bukankah kamu terlalu mudah? Malu karena ciuman tak langsung,
bukannya terlalu berlebihan? ‘kan, Nanjou?”
“Be-berhen
... ti ... Kitamikado-san ... a-aku minta maaf ... jadi kumohon maafkan aku
...,” Kisa berusaha yang terbaik untuk mendorong lengannya ke atas untuk
melindungi dirinya saat tubuhnya bergerak setiap kali Mikado berbicara.
Dia tampak
seperti sedang digoda, membuat Mikado semakin bersemangat.
“Jika kamu
membawa sesuatu, kamu harus menindaklanjutinya, tau? Bahkan jika harus
memaksamu. Sekarang, buka lebar-lebar.”
“Ah ... ...,”
mata Kisa terpaku pada crepe yang mendekatinya.
Tetapi,
alih-alih untuk melarikan diri, bibirnya yang manis justru perlahan terbuka
dengan mantap. Itu terjadi ketika bibirnya hampir menyentuh crepe.
“Jika kamu
tidak mau, dengan senang hati aku yang akan mengambilnya!” Rinka melompat ke
tengah-tengah, dengan mata berkaca-kaca.
Sambil
memasukkan giginya ke crepe di tangan Mikado, dia membelahnya, mengunnyah
layaknya seekor hamster. Meskipun tampaknya dia benar-benar memaksakan dirinya,
dia akhirnya menyelesaikan gigitannya dan menghela napas.
“Ciuman tidak
langsung dengan Mikado-sama bukanlah masalah untukku! Sepertinya kesiapsiagaan
mental kita berbeda, Nanjou-san!”
“A-apa yang
kamu maksud kesiapsiagaan mental ...?”
Cukup jarang
Kisa terpojok saat berargumen. Rinka meletakkan satu jari di tempat ciuman tak
langsung terjadi.
“Aku
berbicara siap secara mental untuk menjadi istrinya di masa depan. Daripada
hanya ciuman tidak langsung, kita akan melakukan ciuman langsung.”
“A-apa yang
kamu ...?” Kisa meringis.
“Aku hanya
mengatakan hal yang sudah jelas. Mikado-sama dan aku memiliki hubungan semacam
ini. Iya, ‘kan, Mikado-sama?” Rinka berbisik dengan antusias.
“Bahkan jika
kamu bilang begitu ...,” Mikado sendiri sedikti bingung.
Mikado pikir,
Rinka adalah perempuan tenang dan jujur, membosankan. Tetapi jika ingin, dia
bisa sangat berani.
“A-aku
sedikit terkejut. Aku tidak menyangkan tunangan Kitamikado-san perempuan
seperti ini!” Kisa menunjuk Rinka.
“Aku hanya
menyiapkan segala hal setelah menikah dengan Mikado-sama. Kami akan mengadakan
upacara pertunangan segera, jadi ketika waktunya tiba, Mikado-sama dan aku
menjadi tunangan yang sah!”
Suara bingung
Kisa keluar dari mulutnya.
“Eh ...
upacara pertunangan ...? Ka-kapan ...?”
“Dua minggu
lagi! Pada dasarnya, selama dua minggu itu, pembiakan antara aku dan
Mikado-sama sudah dimulai!”
“Kamu terlalu
blak-blakan!”
Mikado merasa
tidak enak dengan Kisa. Ini jelas bukanlah jenis kosakata yang kamu dengar dari
seorang siswi SMA, menghadiri akademi primitif dan hanya gadis biasa tidak
cocok untuk Rinka. Dia mungkin hanya kehilangan dirinya karena terlalu
bersemangat.
Kisa bergumam
pada dirinya sendiri tanpa sadar.
“Dua minggu
... dalam dua minggu, Kitamikado-san akan lulus dari keperjakaannya ... dia
akan berhenti menjadi seorang perjaka ....”
“Hei, sudah
hentikan!”
Memang benar
dia masih perjaka, tetapi masih menyakitkan jika disebut seperti itu. Seorang
gadis di dekat mereka, duduk di bangku, memiringkan kepalanya.
“Hei, papa.
Perjaka itu apa?”
“E-eh, itu ...,”
sang Ayah tidak tahu harus merespon seperti apa.
“Hei, hei,
kasih tau aku! Papa! Apa maksudnya?”
“Ayah akan
kasih tau kamu, jadi tenanglah! Menjadi perjaka itu ... sesuatu yang sangat
memaulakn ....”
“Papa
perjaka?”
“Tidak. Papa
udah tidak perjaka!”
“Yay! Papa
Mai tidak perjaka!”
“Ya, berkat
mama kamu ....”
“Keren!
Karena mama, Papa tidak perlu malu lagi!” gadis itu melompat-lompat di atas
pangkuan ayahnya.
“Perjaka itu
sesuatu yang sangat memalukan ...,” Mikado jatuh dalam jurang depresi.
“Tidak
apa-apa! Kamu punya aku, Mikado-sama!”
“Y-ya ....”
Rinka
tiba-tiba bertindak begitu cepa diandalkan.
“A-aku ...
pulang sekarang ....”
Kisa di sisi
lain sebaliknya, berjalan terhuyung-huyung. Dia menabrak pohon di dekatnya,
menjerit dan hampir jatuh di atas kakinya sendiri.
“Kamu
terlihat sangat kelelahan, kamu baik-baik saja? Aku panggilkan mobil ...?”
“Aku
baik-baik saja ... aku harus menonton episode malam Isono-kun, jadi aku pergi
lebih awal ...,” Kisa tersenyum, tetap matanya mati.
Apa dia terkejut soal itu ...? Tidak, tidak
mungkin ... apa dia berpikir kalau setelah upacara pertunangan, akan sulit
untuk menang ...?
Mikado
bangkit dari kursinya dan menatap punggung Kisa. Sebagai balasannya, Rinka
bergumam pelan.
“Jadi, orang
yang disukai Mikado-sama itu Nanjou-san, aku mengerti ....”
“Ti-tidak
mungkin ...,” Mikado menelan ludah.
Rinka
menghela napas sedih.
“Bahkan anak
kecil pasti tahu. Pandanganmu, suaramu, sikapmu, semuanya dipenuhi oleh kasih
sayang untuk Nanjou-san. Dan aku pikir dia ....”
“ ... Apa?”
Mikado bertanya, saat Rinka tiba-tiba berhenti.
Tapi, dia
langsung menggelengkan kepalanya.
“Tidak, tidak
ada apa-apa.”
“Begitu ...?”
Mikado
merasa dia akan mendengar sesuatu yang sangat penting, tapi dia merasa tidak
enak untuk bertanya lebih jauh. Dengan perempuan seperti Rinka, dia akan tetap
diam karena sudah memutuskan untuk diam. Rinka itu berdiri dan menatap langsung
ke arah Mikado.
“Mikado-sama
... kamu akan bertunangan denganku, ‘kan?”
“ ... Kamu
tiba-tiba kenapa?”
Ekspresinya
serius, tidak memberikan suasana bercanda.
“Tidak peduli
seberapa besar kamu mencintai Nanjou-san, fakta itu tidak akan berubah. Baik
keluarga Kitamikado, atau keluarga Shizukawa tidak akan mundur sekarang ...
tidak, aku tidak akan mundur dari ini,” tatapan Rinka menunjukkan tekad.
“Apa kamu
yakin? Bagi keluarga Kitamikado mendapat tunangan untuk pasangan mereka sudah
biasa, tetapi bagi keluarga Shizukawa berbeda, ‘kan ... kamu tidak
menentangnya?”
“ ... Kamu
salah.”
“Eh?”
“Kamu salah
soal ini! Ini adalah sesuatu yang aku ...!” Rambut hitam panjangnya menari-nari
melalui gerakan cepat kepalanya yang gemetar.
Tubuhnya yang
langsing langsung melompat ke tangan Mikado, menekan kepalanya ke dada Mikado,
dia memeluknya dengan erat.
“ ... Aku
yang meminta pernikahan ini. Meskipun mungkin ayahku yang membawanya, akulah
yang memilihnya. Aku tidak dipaksakan.”
“Dari
kehendakmu sendiri ...?” Mata Mikado terbelalak.
Keluarga
Kitamikado tidak memberikan kebebasan sebanyak itu. Dia tidak bisa memilih
perempuan yang dia sukai. Itu sebabnya dia berharap hal yang sama dari Rinka,
yang tidak bisa memilih dengan bebas.
“Aku dapat
membayangkan perasaanmu, Mikado-sama. Karena itu aku tidak memaksamu untuk
segera melupakan Nanjou-san. Namun ... aku pasti ... aku berjanji akan
membuatmu melupakannya. Aku tidak keberatan bagaimana kamu menggunakanku untuk
tujuan itu ... Mikado-sama ...,” Rinka membawa bibirnya mendekat Mikado dan
berbisik.
Mikado bisa
melihat dengan jelas dirinya yang terpantul di mata Rinka. Leher putihnya dan
aroma harumnya yang berhembus dari sana menyerang otak Mikado melalui lubang
hidungnya.
Apa ada orang lain di luar sana ... yang
akan merasa seperti ini terhadapku ...?
Mikado
benar-benar kewalahan dengan berat perasaan Rinka. Jika dia memilih menikah
dengan orang yang dipilih oleh orang tuanya, dia akan benar-benar bahagia.
Tidak, apapun yang diperlukan, Rinka akan menggunakan segala yang dia miliki
untuk memastikan Mikado akan bahagia saat bersamanya. Dan bahkan sekarang,
Rinka tidak menunjukkan tanda-tanda terpisah dari Mikado.
*****
“Haaaa ....”
Dalam kamar
mandi keluarga Nanjou yang luas, helaan napas keluar dari bibir Kisa. Dia
sedang beristirahat di pemandian, di kelilingi oleh marmer hitam legam. Saat
dia merendam dirinya di dalam air, rasanya seperti terbungkus oleh ruang ketika
dia masuk lebih dalam. Di kamar mandi mewah ini, yang memasukinya adalah anak
dari keluarga Nanjou dan wanita yang belum menikah, air melintas dari jarak
yang jauh sampai akhirnya akan mengalir ke sini. Di tempat suci ini, orang yang
memegang tubuh seperti dewi yang membuat iri setiap gadis di bumi, Kisa, merasa
nyaman meregang, tetapi hatinya berat.
Kitamikado-san sepertinya tidak membencinya
sama sekali ....
Dia
melihatnya. Saat itu. Dia mungkin melarikan diri dari Mikado dan Rinka, tetapi
rasa penasarannya lebih kuat dan dia mengintip dari bayang-bayang. Ya, dia
melihat Rinka memeluk Mikado. Jelas sekali Rinka ingin mencoba merayu Mikado
dan sang pria tidak menunjukkan tanda-tanda menolaknya. Tidak ada yang berdiri
di antara mereka. Bahkan orang tua mereka mendukungnya, atau lebih tepatnya,
mendorong mereka.
“Peluangku
untuk menang ... sudah tidak ada ....”
Saat Kisa
mengeluarkan helaan napas yang lain, Mizuki bergabung dengannya di kamar mandi.
“Ada apa,
Onee-chan? Menghela napas begitu.” Dia melihat lebih dekat wajah Kisa saat dia
memiringkan kepalanya dalam bingung.
“ ... Tidak
ada apa-apa. Aku hanya kelelahan.”
Kisa tidak
memiliki tenaga atau kemauan untuk menjelaskan dengan baik pada adik
perempuannya. Dia benci segala hal yang menunjukkan kelemahan. Bahkan jika
orang itu adalah adiknya, penerus keluarga Nanjou seharus tidak menujukkan
ketidakberdayaan.
“Hmmm,
begitukah? Kupikir kamu mencoba mengganggu kencan Mikado-kun dan Rinka-chan,
tapi tak diduga musuhnya terlalu kuat, jadi kamu melarikan diri dalam keadaan
berantakan atau semacamnya!”
“Kenapa kamu
tahu semua itu?!” Kisa melompat dari pemandian karena terkejut.
Mizuki
tertawa polos sebagai tanggapan.
“Tidak ~ Aku
hanya hanya menebaknya!”
“Aku tidak
percaya itu! Kamu menguntit kamu, ‘kan! Pasti begitu. ‘kan?!”
“Oh, ayolah~
Aku tidak menguntit. Aku hanya pergi bersama Onee-chan dan merahasiakannya
darimu~”
“Itulah yang
disebut menguntit! Kamu ini tidak ada kerjaan atau apaan, sih?!”
“Ya,
begitulah. Aku mengirimkan pesan pada Mikado jika kami bisa melakukan sesuatu
hari ini, tapi ditolak.”
“Kapan kalian
bertukar ID?!”
Bahkan aku belum mendapatkan IDnya ....
Kisa sangat
menginginkan nomor Mikado sampai sebuah tangan hendak menjangkau keluar dari
tenggorokannya, tetapi dia terlalu malu untuk memintanya. Mencaritahu melalui
hal lain itu mudah, ya, tetapi tidak ada artinya.
“Tapi, berkat
itu, kita berempat bisa bersenang-senang hari ini.”
“Yang
berpikir begitu hanyalah Mizuki ....”
“Jika aku
berpikir begitu, maka tidak apa-apa.”
Kisa tidak
yakin apakah dia harus memperlakukan adiknya sebagai orang bodoh atau penggila
yang membuat kutu semakin jauh. Mizuki duduk di tempat pembersih di kamar
mandi, melilitkan handuk ke tubuhnya.
“Tapi, sangat
aneh. Onee-chan mengaku kalah pada orang lain.”
“Y-yah ...
Shizukawa-san sangat cantik dan feminim ....”
“Payudaranya
juga lebih besar dari punya Onee-chan!”
“Jangan
diingetin!” Kisa bergerak untuk menyembunyikan dadanya. “Terlebih lagi, dia
pandai membantu dan semua itu ... aku merasa semua laki-laki akan jatuh hati
padanya.”
“Dan tidak
seperti Onee-chan, dia juga cukup berani, ‘kan?”
“Uuuu ....”
Diberitahu
dengan terus terang, Kisa tenggelam lebih jauh ke dalam air. Mizuki tertawa
saat menganggap ini menyenangkan.
“Meskipun
kamu mengangkap dirimu sebagai ratu setiap saat, sebenarnya kamu sangat lemah
dan ceroboh, ‘kan? Juga, itulah tepatnya mengapa kamu takut tidak bisa berdiri
di puncak, ‘kan?”
“Di-di-diamlah!
Jangan menganalisis diriku begitu!”
Bagian menakutkannya
adalah semua yang diucapkan Mizuki tepat sasaran.
“Juga, aku
tidak bisa berani dan agresif! Di peraturan permainan kami, ada ‘Menunjukkan
kasih sayang secara terbuka mengakibatkan kekalahan’, kamu tau? Tidak peduli
seberapa banyak aku ingin melakukan, aku tidak bisa!”
Tidak peduli
seberapa terbuka Rinka menyampaikan perasaannya pada Mikado, tidak ada masalah
apapun, tidak ada reaksi. Dia tidak terbebani oleh peraturan ini, Rinka mampu
menyerang Mikado kapan saja.
Mizuki
meletakkan jarinya di bibir, memiringkan kepalanya karena bingung.
“Apa kamu
tipe yang akan mengaku, jika peraturan itu tidak ada?”
“Ugh ....”
Itulah
tepatnya. Kisa memeluk lututnya saat dia berbisik.
“Kompetisi
ini ... semakin memburuk. Dalam dua minggu, Kitamikado-san dan Shizukawa-san
akan benar-benar bertunangan dan sepertinya akan melakukan berbagai hal, jika waktunya datang, itu akan
menjadi kekalahanku ....”
“Onee-chan,
kamu bodooooooohh!”
Mizuki
mengangkat tangannya dan mengayunkan dengan kecepatan tinggi ke pipi Kisa yang
terisak. Tapi, sebelum terhubung, dia segera mengayunkan tangannyan dan memukul
dirinya sendiri tepat diwajah. Suara panjang tamparan dan menyakitkan terdengar
di kamar mandi.
“E-eh??
Ehhh?!”
Kisa menjadi
lebih bingung daripada jika dia yang mendapat tamparan. Saat pipi kanan Mizuku
memerah, dia membentak Kisa.
“Onee-chan!
Apa ini?! Kendalikan dirimu! Tidak
peduli sekuat apa musuhmu—“
“Kamu masih
lanjut ceramahnya?! Apa?! Eh?! Apa itu tadi?! Kenapa kamu memukul wajahmu
sendiri?!”
“Ini bagian
Onee-chan!”
“Tidak, itu
aku mengerti, tapi kenapa kamu tidak memukulku?!”
“Aku merasa
akan terbunuh dari serangan balik jika aku benar-benar memukulmu!”
“A-ah,
begitu, ya ... itu poin yang bagus ...,” Kisa bergumam, saat jantung berdetak
kencang.
Mizuki
menunjuk Kisa, saat dia menyatakan.
“Ini tidak
sepertimu! Onee-chan, apa kamu selalu selemah ini?! Tidak, ‘kan?! Sebaliknya,
jika negara menganggumu, kamu sudah siap akan menghancurkannya kapan saja ...
kamu itu setan jahat semacam itu, ‘kan?!”
“Mizuki ...
kamu benar takut padaku? Tidak, ‘kan?”
“Kamu
baik-baik saja jika Mikado-kun dicuri oleh Rinka-chan? Kamu baik-baik saja
melihat mereka hidup bahagia, memiliki banyak anak yang lucu dan menggosokkannya
pada wajahmu ...? Tidak, ‘kan?!”
“Te-tentu
saja tidak ....”
Hanya dengan
memikirkannya, Kisa menjadi gelisah.
“Kalau
begitu, apa yang kamu lakukan? Bukankah Nanjou adalah keluarga yang mendapatkan
apa yang mereka mau, tidak peduli cara apa yang digunakan? Itulah yang biasanya
KAMU lakukan, ‘kan?! Bukankah kamu frustrasi karena kalah melawan perempuan
indah, tanpa kekurangan?! Membiarkannya melakukan banyak hal mesum dengan
Mikado-kun, kamu benar-benar membiarkannya?!”
“Tentu saja
aku ... Frustasi ...!” tangan Kisa gemetar karena marah.
Bahkan jika
dia merasa kalah dalam pertarungan, perasaannya tidak akan menghilang dengan
cepat. Keinginan mendapatkan Mikado ke tangannya bukanlah sesuatu yang akan
dihentikan satu atau dua dinding saja. Kisa menggertakkan giginya saat dia
berbicara.
“Sejak awal,
pertarungaku sudah penuh dengan rintangan yang menghalangi ... jadi apa yang
harus aku lakukan hanyalah menyingkirkan semua yang menghalangiku ....”
“Ya, ya!
Itulah Onee-chanku!” Mizuki tersenyum gembira.
Kerusakan
selama kencan Mikado dengan Rinka bagi Kisa terlalu kuat, membuatnya kehilangan
kendali diri, tetapi berkat ini, dia akhirnya kembali dengan kakinya sendiri.
Yang kamu butuhkan adalah adik perempuan yang baik.
“ ... Terima
kasih, Mizuki. Aku akan menghentikan pertunangan ini dengan semua yang aku
punya dan mendapatkan Kitamikado-san ke tanganku sendiri.”
“Kamu pasti
bisa, Onee-chan! Aku mendukungmu!” Mizuki mengangkat satu tangannya ke udara.
Melihat itu,
Kisa merasakan dorongan tiba-tiba untuk menepuk kepala adik perempuannya yang
imut.
“Tapi ...
tidak apa-apa? Bukannya kamu juga menyukai Kitamikado-san?”
“Tidak
masalah sama sekali! Ketika Mikado-kun menjadi Onii-chanku, kami bisa melakukan
hal mesum kapanku kami mau!” Mizuki tersenyum licik.
Dia mungkin
terlihat seperti orang idiot hampir sepanjang waktu, tetapi dia masih anggota
penuh Keluarga Nanjou. Dia akan melakukan apa pun untuk mendapatkan apa yang
diinginkannya.
“Aku tidak
akan membagi Kitamikado-san denganmu, oke?!”
Kisa
memberikan peringatan tajam, tetapi Mizuki hanya menutupi telinganya dan terus
tersenyum.
Pengen milih rinka tapi udah pasti kalah Gimana cok
Turut berduka cita atas karamnya kapal Anda :v
Argh sialan kenapa gw suka heroin yang bakal kalah sih