KouSuki Jilid 1 - Bab 4 Bagian 1

ーーーーーーーーーーーーーーーーー
・Penerjemah: IsekaiShumi
・Editor: IsekaiShumi
・Dukung IsekaiShumi: Trakteer

ーーーーーーーーーーーーーーーーー

❈ Bab 4 Bagian 1: Efek Jembatan Gantung 

Saat Mikado hendak pulang saat pelajaran sudah selesai, dia mendengar keributan di pintu masuk. Di sana, para murid tengah berkumpul, bertukar kata saat mereka melihat satu titik yang sama.
“Hei, pakaian itu ....”
“Bukan dari sekolah kita, ‘kan ...?”
“Kamu tahu, sekolah perempuan ....”
“Dia sangat cantik.”
“Apa dia sedang menunggu seseorang?”
“Apa kita harus menyapanya?”
Orang yang berdiri di sana, harus menanggung semua gumamman yang pastinya dia dengar, tidak diragukan lagi itu Shizukawa Rinka. Tidak seperti pertemuan mereka yang terakhir saat dia menggunakan Kimono, tubuhnya sekarang mengenakan seragam biru gelap dengan syal putih dipasangkan dengan stocking hitam. Mungkin itu bukanlah seragam modis, tetapi itu cocok dengan Rinka yang sopan dan entah bagaimana memberikan kesan erotik. Bahkan di tengah murid akademi Sousei yang bergengsi, penampilan Rinka tampa menonjol. Semua perhatian itu jelas-jelas menganggunya, tetapi mimik dan gesturnya hanya meningkatkan daya tarik yang dipancarkannya.
Mikado berusaha menembus kerumunan dan begitu Rinka melihatnya, wajahnya menjadi cerah.
“Mikado-sama! Aku sudah menunggumu!”
Matanya berbinar dan dia berjalan ke arah Mikado dengan tas di tangannya, sepatu hitamnya menari-nari di atas tanah.
“Ada apa, Rinka? Kamu ada urusan di sekolah kami?”
Saat Mikado bertanya kerana terkejut, Rinka dengan imut mengembungkan pipinya.
“Bukan itu. Aku ingin melihat wajah Mikado-sama. Apa salah datang dan menyapa calon suamiku di masa depan?”
“Tidak ... bukan seperti itu, tapi ....”
Sejujurnya, hati Mikado berdup kencang sesaat. Di atas itu semua, dia merasa tatapan iri dari orang-orang di sekitarnya langsung ke kulitnya. Tidak mungkin anak laki-laki membenci menerima kasih sayang secara langsung oleh gadis seperti Rinka. Rinka meletakkan satu tangannya di dada
“Aku senang mendengarnya. Aku berpikir kalau kamu marah padaku.”
“Aku tidak akan marah hanya karena itu. Jika kamu memberitahuku dulu, akan bergegas.”
“Mungkin kamu akan melarikan diri.”
“Tidak ... aku tidak akan melarikan diri ....”
Atau itu yang dia jawab, tetapi dia tidak yakin akan hal itu. Dia memang senang bagaimana perasaan Rinka untuknya, tetapi dirinya sendiri sudah memiliki perasaan untuk orang lain.
“Aku bercanda. Aku ingin mengejutkanmu, Mikado-sama.” Rinka tersenyum.
“Aku minta maaf, aku minta maaf! Biarkan aku lewat, tolong! Jangan halangi aku!”
Lalu, Kokage datang sambil berlari, mencoba untuk mendorong dirinya menembus penonton. Kilau cahaya mulai menyala di matanya, saat kameranya mengarah ke Rinka.
“Halo! Aku baru saja mendengar hal yang menarik barusan, khususnya ‘Suami masa depan’, bisakan kamu menjelaskannya?! Apa kalian berdua berkencan?!”
“Ahh ... si penguntit lagi ...,” Rinka memandangnya dengan jijik.
Sebagai balasan, Kokage segera mencoba membenarkannya.
“A-aku bukan penguntit! Namaku Kawaraya Kokage. Aku anggota klub surat kabar akademi Sousei, dan teman sekelas Mikado-kun!”
“Mikado-sama sedang dikuntit oleh teman sekelasnya?!”
“Bukan begitu! Benar, Mikado-sama?!”
“Yah ... aku tidak bisa menjelaskannya dengan baik ....”
“Aku juga berpikir begitu!”
“Mikado-kuuuuuuuuuuuuuunn?!”
Rinka bersembunyi di belakang Mikado, mempertinggi penjagannya terhadap Kokage, yang panik. Meskipun Mikado sedikit merasa tidak enak pada Kokage dalam konteks ini, tindakannya baru-bari ini semakin dan memasuki wikayah penguntit, jadi dia tidak sepenuhnya menyangkal keraguan Rinka. Dan pada waktu itu, Kisa berjalan ke pintu masuk. Melihat Rinka, dia mendengus kesal.
“Ara ... bukankah Shizukawa-san. Mengejarnya sampai sejauh ini. Ara-ara.”
“ ... Aku tidak akan kalah dengan Nanjou-san. Aku harus mengawasi Mikado-sama, jadi dia tidak akan dicuri.”
“Tidak perlu khawatir. Aku tidak akan mencurinya. Sebaliknya, bukannya kamulah pencurinya?”
“Ti-tidak! Aku selalu ... selalu memikirkan Mikado-sama ...!”
Percikan terbang di antara mereka lagi. Penonton di sekitar mereka mulai ribut. Kokage hendak bergabung dan mengambil gambar, saat Mikado cepat-cepat menempelkan perekat pada lensa kameranya.
“Kyaaaa!! Lensa baru yang aku dapat dari ayah—!”
Kokage berlari keluar, setengah menangis. Dia mungkin mencoba untuk emndapatkan alat yang diperlukan untuk melelehkan perekat yang mengeras. Apa yang baru saja dia lihat adalah salah satu teknik rahasia keluarga Kitamikado, ‘Report Regulation ( gaya-Fisika )’.
Meraih lengah Mikado, Rinka menatap Kisa dengan tajam.
“Tidak masalah, karena semuanya akan segera berakhir! Setelah kami menyelesaikan upcara pertunangan, aku tidak akan membiarkan siapapun mencoba untuk mendapatkan Mikado ke tangan mereka! Aku memintamu untuk tidak melakukan sesuatu yang tidak perlu sampai saat itu!”
“Fufu ... aku tidak akan melakukan hal yang tidak perlu ... ya ....” Kisa tersenyum.
“Apa yang kamu maksudkan dengan senyum itu?! Kamu pasti merencanakan sesuatu, ‘kan?!”
Rinka semakin khawatir dengan Kisa. Meskipun dia terlihat tenang dan angggun, tetapi jika sudah bertemu dengan Kisa, dia seperti kucing.
“Tidak, tidak akan. Aku hanya mencoba untuk membuat semua orang di dunia bahagia, meninggalkan aku di sampig ... itu saja, sungguh.”
“Aku dapat tahu kalau kamu berbohong! Itu adalah wajah seseorang yang siap untuk  mengorbankan siapa pun dan apapun untuk menjadi bahagia!”
“Oh, ayolah. Aku selalu memikirkan kebahagiaan orang-orang di sekitarku, ‘kan, Kitamikado-san?”
“Tidak, pasti tidak.”
Mikado sepenuhnya menyangkalnya. Dia tidak melihat alasan apapun untuk memihaknya. Dengan kata lain, keegoisan miliknya, hanya memikirkan kebahagiannya saja, juga yang membuat Mikado jatuh cinta pada Kisa. Tetapi, jika dia mengembangkan perasaan untuk perempuan seperti Rinka, dia yakin masa depannya akan dipenuhi oleh apapun kecuali kebahagiaan.
“Kamu jahat banget, Kitamikado-san. Aku benar-benar berpikir kamu salah paham denganku.” Kisa menggelengkan kepalanya, merasa sedih.
“ ... Tidak, aku rasa sangat mengenalmu dengan baik ....”
“Jadi, aku bisa menerimanya sebagai pengakuan?!”
“Tidak!”
“Kamu baru saja bilang kalau kamulah yang paling mengerti aku, ‘kan?! Jadi artinya kamu mencintaiku!”
“Tidak!”
Dia melakukannya. Bagian-bagiannya yang memuakkan, bagian-bagiannya yang egois, bagian-bagiannya yang tidak kompeten dan terlebih bagian-bagiannya yang seperti gadis, Mikado telah menerima segalanya tentang dirinya.
“U-um ... Mikado-sama ...? Bukankah kita harus segera pulang ke rumah? Aku punya mobil yang sedang menunggu dan reservasi untuk restoran grup Shizukawa ...,” Rinka menarik tangan Mikado dengan khawatir.
“Y-ya ...,” Mikado mengangguk.
Meskipun dia benar-benar bukan penggemar terbesarnya, dia tidak bisa menolak undangan dari tunangannya. Sepertinya Rinka cukup baik untuk tetap diam tentang hubungan antara Mikado dan Kisa, tapi dia tidak bisa santai selamanya.
“Kalau begitu, Nanjou-san, jika kamu berkenan, kami permisi.”
Rinka dengan cepat mencoba untuk meninggalkan tempat itu, dengan erat memegangi lengan Mikado, tidak memberinya kesempatan untuk melarikan diri. Ketika punggung Mikado berbalik ke Kisa, ia merasa seperti mendengar derit gigi. Tapi, ketika dia melihat dari balik bahunya, semua yang ada di sana adalah senyum tenang yang biasa dilakukan Kisa.
“Sampai ketemu lagi ... Kitamikado-san. Tapi tenang saja, aku pasti yang akan memenangkan permainan ini.”
Mendengar kata-kata itu, Mikado sekali lagi diingatkan, bukan karena dia mempunyai tunangan atau karena dia akan bertunangan, tidak berarti Kisa akan menyerah.
Apa yang kamu rencanakan ...?
Mikado membentuk kepalan, secara mental mempersiapkan dirinya.

*****
Ranjang yang bergetar. Kiri, kanan, atas maupun bawah, di mana pun. Itu bergetar dengan momentum yang luar biasa, di setiap arah yang memungkinkan. Dan bukan hanya itu saja, anginnya pun sangat kencang. Meskipun dia seharusnya beristirahat di kamarnya yang aman, juga memberikan lingkungan terbaik untuk penerus keluarga, tubuh Mikado sangat dingin. Tidak, ada sesuatu yang lebih penting telah menyerang Mikado dengan kejam, yang hanya meningkatkan perasaan bahwa ada sesuatu yang salah.
Apa aku kembali ke kamarku ...?
Dia dengan panik membuat seluruh sel otaknya mengingat kejadian terakhir. Dia berhenti di toko buku dalam perjalanan pulang semalam, lalu ....
Lalu ...?
Menyadari dia melupakan sesuatu yang penting setelah itu, dia memaksa kelopak matanya terbuka. Apa yang menyambutnya adalah langit yang terbuka lebar. Di bawah langit biru ini, di atas lembah yang dalam, Mikado berada di atas jembatan gantung. Kantuknya hilang dalam satu detik, ia menjadi terjaga. Sayangnya, jembatan gantung ini bukan terbuat dari logam untuk tujuan wisata. Itu adalah tali yang menyatukan semuanya, melilit dua papan kayu di setiap sisi. Belum lagi papan yang digunakan tidak terlalu dapat diandalkan, karena mereka terlihat cukup tua.
“Apa yang terjadi di siniiiiii?!”
Pada saat yang sama, embusan angin datang dari bawahnya, membuat Mikado menjerit putus asa. Jika jatuh di sini, dia pasti mati. Isi perutnya akan hancur, lalu dia akan mati. Membayangkan wujud terakhir mayatnya, Mikado dengan erat menggenggam tali jembatan gantung dengan kedua tangannya.
“Selamat pagi, Kitamikado-san. Pagi yang energik, ‘kan?”
Kisa berdiri cukup dekat dengan Mikado, ternyum padanya. Agar adil, dia sudah mengantisipasi akan disambut olehnya.
“Ini apaan?! Mimpi?!”
“Kamu akan tahu kalau melompat dari jembatan ini. Jika sakit, berarti bukan mimpi, hanya begitu, ‘kan?”
“Aku mungkin tidak akan merasakan sakit kalau ini mimpi! Tapi kalau bukan mimpi, hidupku akan berakhir!”
“Kamu banyak mengeluh, Kitamikado-san. Juga, masih ada kemungkinan tidak akan berakhir meski bukan mimpi.”
“Aku katakan padamu, kemungkinan aku mati jika bukan mimpi itu 99,99999999%!”
“Kamu tidak boleh membuang harapan ... tidak peduli situasinya!”
“Berisik!”
Kisa membentuk kepalan dengan tangannya untuk memotivasinya, tetapi itu malah memperburuk Mikado saja.
“Kamu yang melakukan ini?! Apa yang rencanakan dengan ini?!”
Kisa selalu bertindak sangat gila dengan langkah-langkah ternetu, tetapi ini sepuluh kali lebih buruk. Satu-satunya yang bisa dilakukan adalah bertanya padanya secara langsung. Sebagai balasan, Kisa menaruh jari telunjuknya di bibir, dengan tenang menjawabnya.
“Kamu tahu ... efek jembatan gantung?”
“ ... Eh?” Mikado tercengang.
“Dengan situasi yang mendebarkan seperti di jembatan gantung ini, detak jantung akan berubah menjadi rasa takut dan ketegangan yang dapat berubah menjadi cinta dan kekaguman. Pada dasarnya, ini adalah cara yang paling efektif untuk membuat Kitamikado-san jatuh cinta padaku ... Saat ini kamu hanya mempunyai pertahanan rusa yang baru lahir ...!”
Kisa mengungkapkan dengan bangga saat dia bergetar marah. Wajahnya pucat, saat dia menempel di jembatan gantung.
“ ... Sepertinya kamu bergetar layaknya bayi rusa yang baru lahir, Nanjou. Bukannya kamu terlalu takut untuk seseorang yang mengaturnya sendiri?”
“A-a-a-aku tidak gemetar sama sekali! Selama beberapa jam ini sampai kamu bangun, aku tidak takut sama sekali, aku kasih tahu kamu!”
“ ... Kamu benar-benar bekerja keras.”
“Tatapan kagum apa itu?! Aku tidak takut sama sekali!”
Kisa hampir menangis. Dengan nilainya yang berada di puncak setiap tahunnya, namun dia masih sebodoh itu, Mikado tidak bisa menolak perasaan ingin memeluknya. Dengan semua tenaga yang tersisa di tubuhnya, Kisa mengangkat dagunya.
“Hanya saat ini kamu bisa tenang begitu, Kitamikado-san! Lihatlah ke sana!”
“Ke sana ...?”
Tempat di mana Kisa menunjuk adalah ujung dari jembatan gantung ... di mana papan kayu dengan tali yang melilitnya. Namun, tampaknya semakin longgar setiap saat.
“Ba-bagaimana dengan ini?!  Untuk meningkatkkan dampak dari jembatan gantung, aku mengaturnya sehingga jembatan ini akan runtuh dalam satu jam! Aku agak khawatir kalau kamu benar-benar bangun selama jam itu tapi ... Sepertinya kamu berhasil tepat waktu!”
“Sekarang bukanlah waktunya untuk ngomong begitu!!”
Mikado meraih pergelangan Kisa dan mulai berlari. Berlawanan arah dari jembatan yang akan runtuh, dia hanya berlari tanpa pikir panjang.
“Bukannya kamu terlalu memaksa?! Kemana kamu membawaku pergi?!”
“Tentu saja ke ujung jembatan!”
Pada akhirnya, dia menendang papan dan mereka melompat ke tanah yang aman. Tak lama setelah itu, jembatan runtuh di belakang mereka. Saat mereka berdua mendarat dengan selamat, bahu mereka naik turun saat mereka bernapas berat. Sementara tubuh Kisa masih berkedut, dia bertanya.
“Jadi, gimana efek jembatan gantungnya? Apa kasih sayangmu untukku sudah terbangun?”
“Aku mengkhawatirkan nyawaku, bagaimana bisa aku memperhatikan itu?!”
“A-aneh ... dari risalah yang aku baca, metode ini akan berhasil ....”
“Risalah?! Risalah macam apa itu?!”
Jantung Mikado berdegup sangat kencang hingga rasanya ingin melompat keluar dari dadanya. Mungkin ini pertama kalinya Mikado merasakan cemas sejauh ini.
“Juga, apa yang kita lakukan bukanlah efek jembatan gantung! Ini benar-benar jembatan gantung!”
“Dan apa masalahnya jika itu mirip?”
“Bukan cuma mirip, ini memang sama! Jangan mainkan kembali dengan yang asli!”
Mikado mendongak dan melihat sekitarnya. Sayangnya, dia tidak pernah melihat pemandangan ini. Melewati ngarai cokelat kemerahan, ada hutan belantara yang luas. Rumput yang tampak seperti tanaman merambat di sekitarnya, dengan kaktus bertitik-titik dari waktu ke waktu. Di kejauhan, dia melihat gunung-gunung mencapai ke arah langit. Langit tinggi, beragam warna. Bahkan ada makhluk mirip rubah panjang, menatap mereka sebentar sebelum berlari pergi.
“ ... Negara apa ini?!” Mikado lagi-lagi tercengang.
Untuk itu, Kisa mencibir.
“Tentu saja kita masih di Jepang. Tempat yang jaraknya sekitar satu jam dari sekolah. Seolah aku bisa membawamu keluar negeri sebelum kamu bangun, bahkan aku sendiri tidak akan nekat sejauh itu.”
“Itu cukup untuk membawaku ke atas jembatan gantung sebelum aku bangun, jadi itu sangat nekat bagiku!”
“Yah, aku bilang satu jam, tapi aku memindahkanmu menggunakan jet pribadiku. Ini adalah pulau terpencil di lepas pantai Jepang, milik keluarga Nanjou. Jadi secara hukum, kita masih di Jepang.”
“Pulau terpencil ... katamu ...?”
Mikado mengembangkan firasat buruk. Dia merasa sangat dekat untuk menebak apa yang direncakan Kisa. Sedikit gemetar, Kisa berdiri. Menaruh satu tangan di pinggulnya, dia menunjuk Mikado dengan jari telunjuknya.
“Ya, rencanaku masih jauh dari selesai ... efek jembatan gantung baru akan dimulai! Sambil bertahan hidup, efek jembatan gantung pasti akan membuatmu jatuh cinta padaku, jadi siapkan dirimu—!!!”
“ ....”
Mikado dengan tenang dan tanpa satu pun kata meraih pipi Kisa saat tengah mengatakan itu.
“Fueh?! A-apa yang kamu lakukan, Kitamikado-san?! Ini jelas pelanggaran! Kamu harus bertarung dengan jujur!” Kisa menjadi bingung.
Perasaan pipinya yang lembut membuat Mikado merasa sedikit tenang.
“Cepatlah panggil pesawat untuk membawa kita keluar dari sini. Aku punya acara pertunangan empat hari lagi, jadi aku harus pulang saat ini. Tidak, semuanya pasti akan memburuk kalau mereka tahu aku menghilang.”
Itu pasti akan menjadi keributan besar di keluarga Kitamikado. Jika mereka tahu penerus keluarga Nanjou menculik Mikado, mereka pasti akan mendeklarasikan perang. Jika itu terjadi, Mikado harus mengucapkan selamat tinggal pada mimpinya untuk menang melawan Kisa di permainan cinta dan menginterograsinya ke dalam keluarga Kitamikado.
“Ta-tapi, aku tidak bisa! Pesawatnya sudah terbang pulang dan di sini tidak ada sinyal untuk menghubungi mereka lagi!”
“ ... Apa?”
Mikado melepaskan pipi Kisa dan memasukan satu tangannya ke saku. Ponselnya masih berada di sana. Dia ingin memeriksa waktu, sekitar jam sepuluh pagi, tetapi sama seperti Kisa, dia tidak punya sinyal. Sebagai balasan, Kisa membusungkan dadanya.
“Li-lihat, sama seperti yang aku bilang! Ayo pujilah aku!”
“Tidak akan! Apa yang harus kita lakukan?! Gimana kita bisa pulang?!”
“Tidak apa-apa! Dalam seminggu, sebuah pesawat dijadwalkan akan datang dan menjemput kita!”
“Kita mungkin sudah mati saat itu! Juga, aku tidak bisa menghadiri upacara pertunanganku!” Mikado panik.
Ini tidak seperti dia penuh semangat menunggu upacara pertunangan datang, tetapi dia tidak bisa membuat keluarga Kitamikado curiga padanya.
“Apa tidak ada cara lain? Aku harus menghubungi orang-orang di pulau utama dengan segala cara.”
“ ... Bahkan jika ada, aku tidak akan memberitahumu,” Kisa mengalihkan pandangannya.
Menilai dari reaksinya, pasti ada sesuatu.
“Kumohon ... kali ini saja, aku tidak akan menganggap ini sebagai lelucon.” Kisa menundukkan kepalanya di hadapan Kisa.
“Uuuu ...” Kisa menjadi ragu.
Mengeluarkan helaan napas, Kisa tampaknya menyerah pada permintaan Mikado dan memasukkan satu tangannya ke saku.
“Jika kita berjalan ke selatan, aku sudah menyiapkan peralatan untuk mengirimkan sinyal penye ....”
Lalu, dia menghentikan kata-katanya.
“Eh ...? Eh ...? Kenapa ...?”
“Jangan bilang ... kamu menghilangkannya, ‘kan?”
“Te-tentu saja tidak ... seolah aku melakukan hal seceroboh itu ....”
Ekspresi Kisa dipenuhi panik. Setelah mengecek semua sakunya, dia masih tidak menemukan apa yang dia cari.
“Jangan bilang ... kemu menjatuhkannya di jembatan gantung?”
Itu berarti sakelar itu sekarang ada di dasar lembah di bawah sana. Setelah realisasi itu terjadi, Kisa menjadi pucat dalam hitungan detik.
“A-apa yang harus kita lakukan?! Kitamikado-san, apa yang harus kita lakukan?!”
“Mana aku tahu?! Jangan malah panik sekarang!”
“Se-sekarang kamu mengatakannya! Di bagian barat pulau ada tempat tinggal pribadi yang jarang kami gunakan, jadi seharusnya ada koneksi telepon yang stabil! Meskipun aku tidak yakin akan sampai sana dalam empat hari ....”
“Itu dia!”
Mikado melihat langit, mengecek posisi matahari untuk mencaritahu arah barat. Karena akan menjadi perjalanan panjang, dia mengencangkan tali sepatunya dan mengulurkan tangan pada Kisa.
“Eh ... a-apa ...?” Kisa bingung.
“Kamu ikut denganku. Aku tidak bisa membiarkan perempuan sepertimu sendirian di sini.”
“Kamu tidak ... marah? Meskipun aku sudah mengacaukan jadwalmu ...?”
“Ini demi permainan, jadi gimana aku bisa marah karena itu? Sebaliknya, terima kasih sudah mengundangku ke pulau pribadimu,” Mikado tersenyum.
Mikado sudah terbiasa dengan Kisa yang selalu mengambil tindakan konyol. Itulah alasannya Mikado tertarik dengannya. Meskipun dia perempuan yang sulit dihadapi, tetapi Mikado tidak akan pernah bosan di sekitarnya. Jika dia berhasil membuat Kisa masuk ke keluarga Kitamikado, hidupnya akan benar-benar bahagia, Mikado berpikir pada dirinya sendiri.
“Ini bukan undangan atau apapun ....”
“Jika tidak ada upacara pertunangan sebagai latar belakang, aku tidak mungkin akan menikmati kunjungan ke pulau ini, aku yakin ... tapi sekarang, ayo segera pulang.”
“Kitamikado ...-san ...,” mata Kisa mulai berair. “Ya ... aku tidak ingin pulang ... ayo ....”
Tangan rampingnya meraih tangan Mikado. Dan, Mikado dengan lembut menggenggamnya. Hanya karena itu, detak jantungnya berdetak cepat. Saat Kisa mengembalikan cengkramannya, dia merasakan kelembutan kulit bahkan perbedaan dalam perawakannya, Mikado merasakan darah mengalir deras ke kepalanya.
“A-ayo pergi ....”
“Y-ya ....”
Sambil bertukar kata-kata penegasan yang bingung, mereka mulai berjalan, tidak bisa saling memandang.

Post a Comment