ーーーーーーーーーーーーーーーーー
・Penerjemah: IsekaiShumi
・Editor: IsekaiShumi
・Dukung IsekaiShumi: Trakteer
ーーーーーーーーーーーーーーーーー
・Penerjemah: IsekaiShumi
・Editor: IsekaiShumi
・Dukung IsekaiShumi: Trakteer
ーーーーーーーーーーーーーーーーー
❈ Bab 1 Bagian 3: Perang Saudara ❈
Mikado menaruh penuh kewaspadaan pada Kisa dan mengambil
jarak darinya.
--- Sial, aku
menurunkan penjagaanku karena telah menyita senjatanya! Seharusnya aku tahu
jika ia tahu pertarungan tangan kosong!
Mikado menggertakkan gigirnya dalam penyesalan. Sementara
itu, Kisa merapikan rambutnya yang berantakan dan perlahan mengangkat wajahnya.
Matanya, melirik Mikado, seperti mata predator. Gigi taringnya, berdenyut
seakan haus akan darah.
“Kitamikado-san, kamu pernah dengar Kabe-don ...?” Kisa bertanya dengan suara yang dalam.
“Kabe-don ...? Komposisi Hydn?”
Komposisi musik klasik mulai melayang dalam benak Mikado.
Tetapi, Kisa hanya menunjukkan senyum menggoda.
“Ara-ara ... kamu bahkan tidak tahu sesuatu yang mendasar
seperti itu, aku tidak menduganya. Sepertinya memenangkan permainan cinta
menjadi lebih mudah.”
“Apa rerminologi seperti memang ada? Aku sudah mempelajari
400 kamus Jepang dengan hatiku, dan aku tidak mengingat apapun tentang Kabe-don
....”
Sejujurnya, dia ingin mencaritahu kata itu dengan ponselnya,
tetapi harga dirinya melarangnya. Dan jugam Mikado tidak bisa mengalihkan
pandangannya dari Kisa, yang tengah mengirim niat membunuh saat ini.
“Kamus Jepang! Sekarang itu membuatku tertawa.”
“Kenapa kamu tertawa?”
“Apa yang kamu ketahui tentang kehidupan membaca kamus
Jepang. Apa kamu mengerti apa yang orang sekitarmu pikirkan? Tidak, aku
mempelajari Kabe-don dari buku yang lebih canggih ... mereka memegang seluruh
kebijaksanaan kemanusia di dunia ini ... Shoujo Manga!”
“Shoujo Manga ... katamu?!”
Dipaksa untuk menjauh dari hal-hal yang berhubungan dengan
percintaan, Shoujo Manga adalah genre sastra yang tidak pernah diizinkan,
membuatnya menjadi senjata legendaris seperti tombak Longinus.
Dengan senyum percaya diri, Kisa memberikan ilmunya.
“Dan menurut kebijaksaan ini, Kabe-don adalah senjata
terkuat dalam hal percintaan. Kamu mendorong orang lain ke tembok, tidak
memberikan ruang untuk kabur, dan sentuhan akhir dengan ‘Jadillah milikku’,
lalu kamu berhasil sepenuhnya berkuasa atas orang itu.”
“Be-berpikir jika pengendalian sekuat itu ada ...!”
Mikado merasakan bahaya yang besar. Keluarga Kitamikado unggul dalam mempengaruhi
opini publik, tetapi hanya untuk sebuah masa besar. Mereka tidak mempunyai
metode efektif untuk melawan lawan jenis, Mikado tidak tahu.
“Sekarang, Kitamikado-san, siapkan dirimu. Hari ini menandai
hari terakhir kamu sebagai manusia ... Ya, kamu akan menjadi budakku ...!”
Kisa menendang tanah dan menari di udara dengan tubuhnya
yang lembut. Dengan kecepatan gila, dia menutup jarak dengan Mikado sepersikan
detik, lalu tinju Kisa terbang melewati Mikado.
“ ... Ugh!” Di waktu yang sama, Mikado melompat pergi.
Nmaun, Kisa sudah mengantisipasi rute plarian Mikado dan
mendekatinya lebih jauh. Sekarang Mikado berlari melalui kantor perpustakaan,
dengan Kisa mengejarnya. Hanya suara tangan menabrak dinding yang dapat di
dengar, dan napas mereka perlahan tapi pasti mulai kasar, terdengar di ruangan
itu.
--- Cepat ... jika
begini terus, aku akan menerima Kabe-don pada akhirnya ...!
Mikado panik. Sebagai penerus keluarga Kitamikado, dia tidak
boleh membiarkan dirinya dikendalikan oleh salah satu orang dari keluarga
Nanjou. Jika tidak, dia tidak dapat menatap leluhurnya dan dia pasti akan
memotong perutnya untuk bertobat.
“Menyerang adalah pertahanan terbaik, ya ...?!”
Di waktu yang sama saat Mikado menghindari Kabe-don lain
dari Kisa, Mikado mendorong tubuhnya dan menggapai Kisa, membawa telapak
tangannya ke depan. Sebagai seseorang yang unggul di bidang akademik dan
plahraga, tangan Kitamikado Mikado dengan cepat terbag di udara, seolah-olah
tidak ada hambatan apapun. Memotong beberapa helai rambut Kisa dengan tekanan
angin, dia menabrakkan tinjunya ke tembok di belakang Kisa. Pada saat yang sama
dengan ledakan itu, dinding itu sedikit terukir, membuat suara retakan
terdengar.
Tetapi, Kisa belum selesai. Detik sebelum datangnya
Kabe-don, dia mendorong dada Mikado, menyelinap melewatinya dengan penghindaran
yang lincah.
--- Yang pertama kali
menarik Kabe-don akan menjadi pemenang!
Dengan jarak agak jauh antara keduanya, mereka bertukar
pandangan. Suasana tenang dan menenangkan telah hilang entah kemana, dan area
perpustakaan saat ini dipenuhi oleh medan perang.
Saat bahunya naik turun karena napasnya yang berantakan,
Kisa mengucapkan sesuatu untuk memevah keheningan.
“H-hooh kekanak-kanakan, bukan ... kamu ... Kitamikado-san
...? Apa kamu bisa menyebut dirimu gentleman, menggunakan keuntungan tubuhmu
yang kuat melawan gadis lemah sepertiku ...?”
“Maaf, tapi jika aku tidak serius, Jepang akan hancur ...
Jadi aku tidak akan menahan diri melawan keluarga Nanjou, meski itu wanita
sekalipu ....”
Kisa mengerahkan seluruh tenaganya dan mendorong telapak
tangannya ke depan. Begitu juga dengan Mikado, untuk mencegahnya. Alhasil,
tangan mereka terjalin. Saat Mikado merasakan kelembutan tangan perempuan,
sesuatu seperi listrik mengalir di dalam tubuh Mikado.
“Kya?!”
“Apa –?!”
Mereka berdua menjerit dan segera menjauh. Mikado merasakan
jika kepalanya memanas beberapa saat. Dan wajah Kisa perlahan menjadi merah tomat.
“A-ayo berhenti bertahan dengan tangan ... aku rasa ... itu
bukan ide bagus ....”
“I-iya, pertarungan tadi cukup berbahaya ....”
Karena itu mereka tidak mati bersama karena malu sebelum
mengetahui akhirnya, mereka berdua membuat aturan selama jeda itu. Mikado
mengambil posisi Ushiwakamaru ketika dia mengalahkan Benkei. Mngangkat tangan
kirinya ke depan, dan mengangkat tangan kanannya ke atas, siap untuk menghalau
serangan dari titik manapun. Di atas itu, ia meningkatkan seluruh inderanya
hingga batas, mencoba untuk mengantisipasi dari mana perempuan itu akan
menyerang.
“ ... Kamu mencoba memainkan pertarungan stamina, ya.” Kisa
menyelinap ke bayangan rak buku.
Mikado dengan cepa mengejarnya, tatpi ia kehilangan sosok
Kisa.
“Lari kemana dia?!”
Mikado dengan panik melihat sekeliling. Baik suara, ataupun
langkah kaki tidak dapat di dengar. Bahkan suara napas samar sekalipun. Kisa
benar-benar menghilang tanpa jejak.
--- Kemana dia ... apa
yang ia rencakan ...??
Dengan hatinya yang berdegup kencang di bawah tekanan, ia
mundur dengan hati-hati. Ia mempunyai firasat jika gerakan selanjutnya yang
menentukan kekalahan maupun kemenangan. Di depannya terdapat rak besar, membuat
pose menakutkan. Apa dia akan menyerang dari kiri, atau dari kanan? Pikiran
Mikado menjadi liar. Namun, sebelum Mikado dapat berpikir lagi, Kisa datang
dari ‘atas’
“ ...?!”
Itu sepenuhnya diluar spekulasi Mikado, reaksinya sangat
terlambat. Tidak dapat menghindar akibat penundaan mematikan itu, tangan Kisa
menyerang langsung. Kedua tangannya menyelinap melalui pundaknya, menabrak
tembok di belakangnya. Karena kedua sisi tertutup, tidak ada ruang bagi Mikado
untuk lari. Dan mendorong paksa gadi bertubuh kecil seperti Kisa juga tidak
mungkin.
“Sudah Skakmat ... sekarang, jadillah milikku!”
Putus asa untuk tidak membiarkan Mikado lepas, Kisa menempel
pada Mikado. Napasnya terdengar lebih kacau, saat ia terengah-engah, dan
wajahnya benar-benar mereka saat menatap Mikado di bawahnya. Saat tubuh Kisa
menekan tubuhnya, dia dapat merasakan dua tonkolan, menyentuh dadanya. Di atas
itu semua, sel-sel dalam otaknya di serang oleh aroma harum, mirip sebuah
bungan yang indah. Mungkin karena ia melompat dari ketinggian itu, kaki Kisa
gemetar. Tidak peduli siapa musuhnya, berakhir dalam situasi seperti itu dengan
wanita secantik Kisa, kekuatandestruktif yang dihasilkan dapat mengirim siapa
pun hingga ke Surga.
--- Aku tidak bisa
kabur dari sini. Dengan banyak alasan!”
Pikiran rasional Mikado perlahan mencapai batasnya. Namun,
sekali dia menyerah, dan tumbuh sadar akan hal itu, mungkin akan berkahir.
Menguatkan mentalnya, Mikado membuat ekspresi tegas. Hanya melakukan itu, semua
kalori yang ia terima hari ini terbakar dengan kecepatan yang berlebih. Itu
adalah salah satu kemampuan rahasia yang dibuat oelh keluarga Kiamikado, untuk
bertahan hidup di dunia politik yang dipenuhi rubah licik – Iron Mask ( Kioku
ni Gozaimasen )
{TL note : Ane gak tau maksud Kioku ni Gozaimasen di sini,
dari sumber Inggrisnya sudah ada, jadi ane tulis apa adanya saja }
“Gi-gimana? Apa kamu sudah jatuh cinta denganku? Kamu
sepenuhnya terpesona denganku, ‘kan? Apa kamu mau ... mengelus kepalaku?” Kisa
memaksa dirinya bertanya.
Mungkin dia malu melakukan ini, tapi pipinyamemerah seperti
apel, dan matanya mulai berair.
--- Aku sangat ingin memeluknya!
Mikado dengan putus asa berusaha menahan dorongan yang
muncul dalam dirinya. Juga, ini bukan tentang jatuh cinta atau apapun.
Kitamikado Mikado saat ini ... sudah terpesona dengan Nanjou Kisa sejak lama.
Bahkan sebelum Kisa mengenalkan permainan cinta, Kisa selalu ada di matanya.
Namun, itu bukanlah hal yang dapat diterima dalam keluarga Kitamikado bagi
lelaki yang jatuh cinta pada perempuan yang berasal dari keluarga Nanjou. Belum
lagi memiliki cinta terhadap musuh adalah kegagalan baginya dan apapun yang
berhubungan percintaan sudah dilarah sejak ia dijanjikan tunangan sejak lama.
Itu sebabnya, Mikado berjanji akan membawa cinta ini ke
kubur jika memang diperlukan. Meski begitu, Kisa mendatanginya dengan permainan
cinta. Dia mempertaruhkan masa depannya, juga bertaruh masa depan keluarga
mereka, dan Jepang secara keseluruhan, di dalam permainan cinta ini, di mana
pemenang akan mendapatkan apapun dari yang kalah. Dan sekarang, apa yang dapat
Mikado lakukan hanyalah menahan rasa cintanya, dan membuat Kisa jatuh cinta
padanya, lalu menjadi budaknya.
“Heh, seolah aku akan jatuh cinta padamu hanya dengan ini.
Jadi ini Kabe-don atau apapun ternyata bukan pengendali pikiran, aku mengerti.”
Sati lagi kebohongan darinya. Dipeluk erat oleh Kisa seperti
ini, penjagaan Mikado dan pikiran, akan hancur berkeping-keping.
“Ce-cepatlah terpesona olehku! Kamu bodoh! Jatuh cinta
denganku!”
Dengan sedikit panik, Kisa memikul kepalanya berkali-kali ke
dada Mikado.
“H-haha ... apapun yang kamu coba, semuanya sia-sia ... aku
tidak akan hancur hanya dengan serangan tingkat ini ....”
Sekali lagi, sebuah kebohongan besar. Setiap kali kepalanya
yang kecil memukulnya, keharuman rambutnya menyerang alasannya, menurunkan
pertahanannya.
--- Aku ingin
mendorongnya!!!
Dia menaikkan level dari keinginan menjadi memeluknya.
Di dalam ruang perpustakaan yang sepi ini, hanya ada mereka
berdua. Seorang laki-laki dan perempuan. Menurut aturan, Kisa tidak
diperbolehkan mengeluh jika dia melakukannya. Namun, di waktu yang sama, itu
akan menunjukkan keinginannya untuk Kisa. Permainan akan berakhir, dengan
kekalahan Mikado dan saat ia dalam pelukan manis Kisa, Jepang mungkin akan
dibungkus dalam kegelapan.
--- Masa depan seperti
itu tidak terlalu buruk.
Mikado menemukan dirinya berpikir, dengan cepat mendorong
pikiran itu ceppat keluar dari kepalanya. Sekali dia menyerah, semuanya akan
berakhir. Mendapatkan perempuan terbaik dan masa depan terbaik adalah sesuatu
yang harus diperjuangkan oleh keluarga Kitamikado.
“ ... Maaf soal ini, tapi aku akan melakukan serangan balik
sekarang!”
“Eh ....”
Mikado meraih pergelangan tangan Kisa lalu memutar posisi
mereka, dan sekarang kali ini punggung Kisalah yang menyentuh tembok. Menekan
tangannya sendiri ke tembok, Mikado membawa kepalanya mendekati Kisa.
“Kisa ... berhenti melakukan perlawanan yang sia-sia, dan
jadillah milikku.”
“ ... ...!!!”
Menyebutkan nama depannya merupakan trik spesial untuk
meningkatkan serangan kejutan. Melihat Kisa pasti telah menerima cukup banyak
kerusakan dengan ini, bersamaan dengan menerima Kabe-don, Mikado berharap ini
dapat menjadi langkah akhir. Namun ....
“H-hmpf ... aku tidak merasakan apa-apa dengan pendekatan
seperti itu ... jika kamu ingin memenagkan hatiku, kamu harus membisikkanku
kata cinta lebih agresif di telingaku,” atau begitu yang ia kataka, tetapi
telinganya merah cerah.
Mencegah matanya untuk tidak melakukan kontak dengan Mikado,
dia menutup bibirnya rapat-rapat.
--- Ini ...! Aku
mungkin dapat menyelesaikannya di sini?! Aku harus terus maju!”
Tidak membiarkan kesempatannya pergi, Mikado menyerang
kembali.
“Begitu? Kamu benar-benar terlihat memerah sekarang bagiku.
Apa kamu yakin saat ini hatimu tidak berdetak kencang sekarang?”
“I-itu bukan Cashe!”
Dia menggigit lidahnya, membuatnya semakin memerah. Namun,
itu juga memberikan kerusakan yang sama pada Mikado.
--- Dia menggigit
lidahnya! Manusia super bermata baja itu! Dia sangat malu dalam pelukanku, dan
salah mengucap!
Katanya perlahan namun pasti menyerang lasannya yang bergema
dalam benaknya. Merasa bahwa sudah mencapai level kritis, Mikado segera
menjauh. Kisa merosot ke tanah, ketika kerusakan baginya cukup besar untuk
ditahannya. Kedua wajah mereka terbakar pada saat ini.”
“Ji-jika begini terus, kita tidak akan menyelesaikan tugas
....”
“Ap-apa maksudmu kita harus mengambil istirahat di sini
...?”
“Mau bagaimana lagi ... untuk hari ini ... kita hentikan
permainannya ....”
“Yah ... akan buruk jika kita tidak menyelesaikan pekerjaan
kita ....”
Gencatan senjata terbentuk untuk sekarang. Meskupun Mikado
tidak tahu soal ketahanan mental Kisa, Mikado sendiri juga hampir mati, dia
lega karena dapat selesai di sini. Dan sekarang, mereka melanjutnya tugasnya,
mengantur buku-buku kembali. Panas tubuh mereka mulai mendingin dan Mikado
dapat bergerak lebih lancar sekarang. Seperti ini, pekerjaan di komite
perpustakaan benar-benar menyenangkan.
Kembali saat SMP, Mikado masuk ke OSIS untuk melatih dirinya
untuk saat ia berhasil dalam bisnis keluarga, yang tentu saja tidak mengizinkan
kegagalan. Tetapi melakukan ini sekarang, tanpa tekanan dari keluarga, sangat
menyegarkan dirinya.
“Hey ...,” guman Kisa, saat ia mendorong buku ke rak.
“ ... Apa?”
Karena mereka dalam gencatan sendata dari permainan mereka,
Mikado menjawabnya tanpa berpikir panjang.
“ ... apa kamu membenci fakta jika kamu bekerja di sini
bersamaku di komite sebanyak itu ...?”
“Eh ...?”
Kisa melanjutnya untuk melihat sampul belakang buku,
berbicara tanpa menatap mata Mikado.
“Aku tidak ... membenci ini, bersama dengan Kitamikado-san
....”
“Aku ....”
Mikado memegang kata-katanya. Dia memiliki banyak hal yang
dikatakan pada Kisa. Begitu banyak pperasaan, sampai hampir tumpah. Tapi,
Kitamikado tidak akan mengatakan itu pada Nanjou, bahkan jika Surga dan bumi
terbalik.
“ ... aku tidak ... membencinya. Aku tidak membenci berbicara
denganmu ... dalam arti teman sekelas, jadi jangan salah menafsirkan.”
“A-aku juga hanya bermaksud sebagai teman sekelas! Tentu
saja!”
Mikado bertemu dengan tatapan tajam Kisa. Sebelum ia dapat
mengagumi kecantikan Kisa, dia mengalihkan wajahnya lagi. Dia sekali lagi
mencoba untuk meletakkan buku di rak, tetapi dia tidak busa mencapainya.
Melihatnya seperti itu, dia seperti gadis normal biasa yang lemah. Bukan
sebagai penerus keluarga Nanjou, yang mengendalikan segalanya dari
langkah-langkah tduk dari kegelapan, tapi hanya teman sekelas yang normal.
Karena itu, Mikado dalam diam mengambil bbukunya dan menaruhnya kembali di
tempatnya.
“Ah.”
Meskipun suara kejutan singkat keluar dari mulut Kisa, dia
tetap diam dan melanjutkan pekerjaannya. Pada saat yang sama, kulit indahnya
berwarna merah. Setelah menurunkan pertahanan beberapa saat, Mikado kembali ke
dirinya.
‘Sudah waktunya
meninggalkan sekolah. Semua murid yang masih di area sekolah di harapkan untuk
pulang sekarang’
Siaran interior memenuhi keheningan, ketika Mikado dan Kisa
mengangkat kepala mereka. Sebelum mereka sadar, langir di luar mulai menjadi
sedikit jingga.
“Sudah selarut ini, ya?!”
“Aku tidak sadar sama sekali!”
Jika seseoran mengira mereka terlalu fokus dengan pekerjaan,
maka bukan itu penyebabnya. Paling tidak, Mikado terus-menerus mengawasi
gerak-gerik Kisa. Tapi tetap saja, mereka berdua dengan cepat menyelesaikan
pekerjaan. Mereka merapihkan barang-barang dan bergegas meninggalkan ruangan.
Di luar dari sisi jendela sisi lorong, Mikado menyadari sisik Kawaraya Kokage.
Dia duduk dengan kursi yang ia bawa di tengah lorong, memegang kamera biasanya.
Kisa dan Mikado menempel di pintu, saling berbisik.
“Apa dia menangkap berhasil mengetahui sesuatu dari
permainan kita ...? Dan dia sekarang berharap sesuatu yang besar?”
“Aku tidak berpikir begitu, lihat itu.”
Kisa menunjuk ke karung di sisi Kokage, berdiri di lantai.
“Karung ...? dan yang cukup besar ....”
Santa Claus mungkin membutuhkan yang seperti itu.
“Mungkin dia berpikir jika kita meneukan harta karun yang
terkbur di perpustakaan. Dan dengan informasi itu, dia mungkin akan meminta
bagian untuk tutup mulut.”
“Apa-apaan dengan pencurian itu?! Juga, dia masih mempecayai
cerita itu?!”
“Perempuan lebih mengambil tindakan dengan perasaan, bukan
hati ... Meskipun aku hanya percaya pada otakku, dan tidak lebih.”
“Ya, aku sangat mengerti itu.”
Mikado dapat membayangkan jika tidak banyak hiasan feminim
pada Kisa. Jadi mungkin kau bahkan berpikir jika dia datang dari akar suatu
pohon. Kisa menggigir ibu jarinya.
“Sekarang jadi merepotkan ... akan jadi masalah jika dia
mengganggu permainan kita, jadi aku rasa yang bisa aku lakukan adalah memanggil
pekerja di rumah dan menyuruh mereka membuat gas Anestesi ...!”
“Tidak perlu sejauh itu! Dia itu teman sekelasmu, bukan
teroris!”
“Kalau begitu aku yang akan mengrusnya. Dengan tembakan
Anestesi ini ....”
“Jadi kamu masih mempunyai senjata yang kamu sembunyikan?!
Dan dengarkan aku, aku bilang jangan gunakan itu pada teman sekelas!”
Pistol yang Kisa keluarkan dari seragamnya langsung disita
oleh Mikado. Dia masih bisa merasakan samar-samar kehangatan Kisa, masih ada di
sana. Merasakan panas tubuhnya seperti itu, membuat Mikado kembali terkena
kerusakan.
“Kalau begitu apa yang harus kita lakukan?! Jika kamu tidak
punya ide, diam saja!” Kisa menatap Mikado.
“Itu sederhana. Ke sini.”
“Eh ....”
Mikado meraih pergelangkan Kisa dan berlari meninggalkan
perpustakaan.
“Ahhh! Akhirnya kalian keluar! Kisa-chan, Mikado-kun, di
mana harta kar –“
“Apa yang akan kita lakukan?!”
“Kita hanya akan melarikan diri, itu saja?!”
Mikado menarik lengan Kisa dan berlari ke arah yang
berlawanan dari Kokage. Karena dia malu untuk menggenggam tangan Kisa, dia
memegang bajunya saat memimpin. Tapi, kisa mengikutinya dengan benar. Suara
langkah kaki mereka terdengar nyaring ketika mereka menuruni tangga,
berpasangan dengan napas terengah-engah. Mereka berdua meninggalkan gedung
sekolah dengan kecepatan penuh. Melewati murid yang masih melakukan ekskul
olahraga hingga sekarang, mereka meninggalkan gerbang sekolah di belakang
mereka, berlari di jalan yang kosong, tanpa ada orang di sekitar.
Kisa sudah melepas tangan Mikado, tetapi masih mati-matian
mengejarnya. Rambutnya disinari oleh matahari terbenam dan roknya berkibar-kibar.
“Tu-tunggu, Kitamikado-san ... ja-jangan berlari secepat itu
....”
“Ah, maaf. Tapi sebentar lagi kita akan aman!”
Mikado membawa tas Kisa untuknya, yang sedikit memperlambat
larinya. Itu sedikit berat membuatnya sedikit bingung apa yang mengisinya.
Namun, dia tidak mempunyai waktu untuk bertanya, karena hanya mengejar matahari
tenggelam.
--- Entah mengapa, ini
sangat ... menyenangkan.
Pikir Mikado, ketika berlari bersama Kisa. Rasanyaseperti
mereka melakukan sesuatu yang seharusnya tidak mereka lakukan, membuat detak
jantungnya berdetak lebih kencang bukan hanya aktifitas pisik. Orang di sisinya
adalah bagian dari keluarga yang ia benci dan hidupnya dipertaruhkan selama
permainan cinta, tetapi tidak ada yang penting saat ini.
Waktu berlalu sedikit seperti ini, sampai sekolah mereka
berada di kejauhan dan mereka tiba di tepi sungai. Di sisi tepi sungai terdapat
jalur kereta api. Para pekerja pulang pergi dari kereta dan meninggalkannya,
hampr menciptakan permaianan bayangan.
“Kita akan baik-baik saja kalau sudah sejauh ini ... sepertinya
Kokage tidak mengejar kita sampai sini.” Mikado menghentikan langkahnya lalu
memperhatikan sekitar.
Tidak ada satu pun pemandangan orang di sekitar mereka dan
hanya suara kereta api yang lewat serta seruan air sungai yang dapat mereka
dengan.
“Haaa ... haaa ....” Kisa menaruh tangannya pada lutut dan
mengambil napas dalam-dalam.
Rambutnya yang indah berantakan dan pita di seragamnya
hampir lepas seolah ingin melarikan diri. Keringat yang mengalir dari kulitnya
tampak menakjubkan, mirip seperti mutiara dan dia mirip seperti dewi yang baru
saja selesai mandi.
“Su-sungguh ... jangan membuatku melakukan pekerjaan pisik
gila seperti ini ... aku tidak terbiasa ....”
“Jadi pekerjaan mental apa yang cocok dengan keahlianmu? Aku
sarankan kamu sesekali berolahraga, atau kepalamu akan menderita.”
“Tidak akan. Aku katakan padamu, kepalaku adalah nomro satu
di Jepang.” Kisa mengembungkan pipinya, saat ia mengambil kembali tas yang
dibawa Mikado.
“Aku harus memanggil supirku, mereka mungkin menunggu di
depan sekolah.”
“Aku datang menggunakan kereta, jadi aku baik-baik saja ...
tapi sebaiknya kita tidak terlihat bersama.”
“Y-ya ... ayo kita berpisah di sini.”
Pikiran Mikado sedikit enggan untuk berpisah, akan sedikit
merepotkan jika supit keluarga Kitamikado bertemu Kisa seperti ini. Lagipula,
kedua orang tuanya tidak mengetahui sola permainan cinta dan jika mereka
menemukan soal anak mereka yang menghabiskan waktu bersama anak dari keluarga
musuh untuk waktu yang sangat lama, dia tidak ingin mendengar akhirnya.
“Aku memang menahan diri hari ini ... tapi aku tidak akan
menahan diri besok, oke?” Kisa menggenggam tasnya dengan erat.
“I-iya, aku juga.”
Itu adalah kebahagian yang mereka miliki saat ini. Setelah
ini, permainan cinta akan dimulai kembali.
“ ... Lalu, sampai jumpa. Kamu bisa menantikan esok hari.”
“ ... Ya, sampai jumpa. Dan, aku tidak akan kalah darimu.”
Setelah berpisah dengan Mikado, Kisa bergegas menuju barisan
pohon yang panjang. Dibungkus oleh bayangan pepohonan saat dia berjongkok.
Dengan mendorong satu jari ke dadanya.
--- A-aku pikir
jantungku akan berhenti ....
Itu bukan karena ia melarikan diri dari Kokage. Sebelum itu,
ketika mereka berduaan dalam perpustakaan, dia sangat gugup hingga hampir tidak
dapat berpikir jernih. Untuk menenangkan dirinya, dia mengetuk pipinya yang
panas dengan tangannya. Tetapi, tangannya juga hangat sehingga tidak menolong
sama sekali.
“Kamu baik-baik saja? Apa kamu sedang tidak sehat?”
Seorang perempuan yang tidak sengaja lewat memanggil Kisa
dengan khawatir.
“A-aku baik-baik saja! Hanya sedikit tidak enak badan!”
Kisa segera bangkit dan meninggalkan tempat itu. Memotong
angin yang menyerang saat berlari, dia merasa dirinya sedikit lebih tenang.
Meskipun permainan diperkenalkan olehnya dan meskipun dia mempunyai segunung
rencana untuk itu, Kisa merasa jika dirinyalah yang dipermainkan oleh Mikado.
